Find Us On Social Media :

Punya Jabatan Mentereng di Kampus, Dosen asal NTT Ini Tak Malu Jadi Pemulung Sampah Tiap Pagi, Alasannya Sungguh Mulia

By Andriana Oky, Jumat, 22 Oktober 2021 | 18:16 WIB

Karolus Belmo Dosen yang menjadi pemulung di Kota Kupang, NTT

Sampah botol gelas plastik bekas yang sudah dibersihkan dijual Rp 6.000 per kilogram dan yang belum dibersihkan Rp 4.000 per kilogram.

Botol plastik bekas seharga Rp 4.000 per kilogram. Sedangkan kardus bekas Rp 1.000 per kilogram dan kaleng bekas Rp 3.000 per kilogram.

Aksi Karolus untuk memungut sampah semata-mata bukan hanya untuk mengumpulkan uang, melainkan ada alasan mulia dibaliknya.

"Memungut dan menjual sampah bukan semata-mata untuk menambah penghasilan dan pendapatan tetapi lebih pada panggilan jiwa atas tanggungjawab kebersihan lingkungan," ujar Karolus, kepada Kompas.com, Jumat (22/10/2021).

Bagi sarjana S1 jebolan Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero, NTT ini, menjadi pemulung justru karena kecintaannya pada lingkungan.

"Sampah memang peluang menghasilkan uang, tapi bukan sekadar tujuan itu yang saya kejar. Saya cinta kebersihan," kata Karolus.

Aksi memungut sampah juga bahkan menjadi 'aksi protes' bagi magister pendidikan jebolan Universitas Negeri Malang Jawa Timur ini atas rendahnya kesadaran masyarakat Kota Kupang menjaga kebersihan.

"Dari atas mobil, mereka (warga menengah keatas) membuang sampah begitu saja tanpa ada kesadaran akan kebersihan," kata dia.

Baca Juga: Demi Bela Nasib Syam Permana, 20 Pengacara Bakal Kawal Proses Hukum sang Pencipta Lagu Dangdut Era 2000an yang Kini Bernasib Nahas, Tim Kuasa Hukum: Harus Membagi Royalti!