Dua bulan bangun dari koma, Jean baru mengetahui satu kakinya hilang.
Setelah melakukan pemeriksaan dan banyak scan, dokter memutuskan untuk mengamputasi kakinya saat usia Jean 7 tahun.
Dokter mengaku takut jika itu dapat menyebabkan penyakit kanker.
Setelah diamputasi, Jean tumbuh dengan membenci dokter, bahkan menganggapnya musuh.
Ibu dan ayah sempat merawatnya dengan baik, namun, orangtuanya terlebih dahulu meninggalkan Jean.
Lebih menyedihkan lagi, Jean kemudian ditinggal oleh adiknya sendiri dan beberapa keluarga tak mengizinkan Jean tinggal bersama karena cacat.
Dia menjadi depresi bahkan, sempat terpikir bunuh diri karena tak bisa melakukan hal-hal normal seperti anak-anak lain.
Suatu hari, dia dibawa ke rumah sakit dan diberi kinesio terapi. Ia mendapat bantuan kaki palsu dari dokter.
Jean pun bertemu dengan banyak orang penyandang disabilitas lain, dukungan menghampirinya.
Ia mulai berjalan tegak dan mendapatkan rasa percaya diri yang besar hingga akhirnya menemukan bakat menyanyi, mengikuti kompetisi, dan bertemu pujaan hatinya, Borah.