GridPop.ID - Aksi pembobolan rekening bank saat ini sudah bukan lagi kasus kriminal baru di Indonesia.
Sudah banyak kasus pembobolan rekening bank yang berhasil diungkap polisi.
Sayangnya, masih ada saja korban-korban atas kasus serupa meski terkadang dengan metode yang berbeda.
Belakangan, polisi berhasil menguak sindikat pembobol rekening bank asal Sumatera Selatan yang ternyata sudah bertahun-tahun melancarkan aksinya.
Seperti diwartakan GridPop.ID pada 6 Oktober 2020 silam, sebanyak 10 orang yang tergabung dalam sindikat pembobol rekening bank telah berhasil diamankan.
Mereka adalah AY, YL, GS, K, J, RP, KS, CP, PA, dan A.
Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Argo Yuwono memang tidak merinci kapan mereka ditangkap, namun yang jelas 10 orang tersangka itu diringkus di Tulung Selapan, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.
Diketahui, 10 pembobol rekening bank ini telah beroperasi selama 3 tahun mulai dari 2017 hingga 2020.
Tak tanggung-tanggung, selama beroperasi mereka telah berhasil membobol 3.070 rekening dengan modus menipu korban demi mendapatkan kode one time password (OTP).
Total kerugian yang diderita nasabah bahkan mencapai Rp 21 miliar.
Kronologi kasus
Argo membeberkan, kasus tersebut bermula dari laporan para korban ke Bareskrim pada Juni 2020.
"Dari masyarakat maupun perbankan dan transportasi online mengalami kerugian yang dilaporkan sekitar Rp 21 miliar," kata Argo di Gedung Bareskrim, Jakarta Selatan, Senin (5/10/2020).
Setelah menerima laporan, Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri membentuk tim untuk melakukan penyelidikan.
"Pelaku berjumlah 10 orang. Subuh-subuh sekitar jam 04.00 WIB, para pelaku ini diambil dan tidak melakukan perlawanan," tutur Argo.
Modus operandi
Menurut keterangan polisi, para pelaku membobol atau mengambil alih rekening korban menggunakan kode OTP.
Para tersangka menipu korban untuk mendapatkan kode rahasia tersebut.
"Dia (para tersangka) menelepon ke nasabah bank, minta password-nya dengan alasan sedang perbaikan data identitas, perbaikan sistem, dan sebagainya," ucap Argo.
Menurut dia, seseorang dapat tidak menyadari dirinya sedang ditipu sehingga memberikan kode OTP kepada pelaku.
Padahal, setelah menguasai akun korban, para tersangka mentransfer uang korban ke rekening penampungan.
Argo mengatakan, para tersangka memiliki banyak rekening penampungan yang berasal dari warga di sekitar domisili pelaku.
"Hampir satu kampung diminta membuka rekening. Ada timnya yang jadi penunjuk, dia yang jalan, memberikan iming-iming agar masyarakat di sekitarnya membuka rekening, itu yang digunakan rekening penampungan," ujar dia.
Setelah terkumpul, ada tersangka yang berperan mengambil uang dari rekening penampungan.
Ada pula tersangka yang bertugas menyiapkan peralatan teknologi. Adapun pengendali operasi ini adalah tersangka AY.
Uang yang telah ditarik kemudian dibagikan kepada para tersangka. Kapten atau pengendali operasi mendapatkan 40 persen dan sisanya merupakan jatah pelaku lain.
Menurut keterangan polisi, sindikat ini bekerja secara terstruktur. Mereka beroperasi dari gubuk-gubuk yang berada di hutan di samping kampung mereka.
Hasil kejahatan
Dari informasi yang diperoleh penyidik, para tersangka melakukan aksinya karena motif ekonomi.
Argo menuturkan, pembobolan yang dilakukan para tersangka menjadi pekerjaan sehari-hari untuk memperbaiki kualitas hidupnya.
"Motifnya untuk ekonomi, tapi setelah dicek, memang benar dia bisa memperbaiki hidupnya, ada rumah yang bagus, punya mobil," ungkap Argo.
Total, menurut polisi, para tersangka telah menggunakan uang dari aksinya tersebut sebesar Rp 8 miliar.
Argo mengatakan, uang itu digunakan pelaku untuk kepentingan pribadi, misalnya membeli mobil atau membangun rumah.
Bahkan, polisi menemukan rumah pelaku yang memiliki kolam renang.
Penyebab Kasus Pembobolan Rekening Bank
Dilansir dari Tribunnews.com, Kasatreskrim Polresta Solo, AKP Purbo Adjar Waskito mengungkap setidaknya ada 4 penyebab kasus pembobolan rekening bank terus menerus terjadi.
1. Akibat Kelalaian Nasabah
Faktor pertama yang biasa melatarbelakangi adalah adanya kelalaian dari nasabah yang secara sengaja atau tidak sengaja memberikan informasi pribadinya pada orang lain.
"Sebagai contoh, nasabah memberikan pin ATM, kode-kode, atau data perbankan yang ia miliki kepada orang lain," ungkap Purbo saat menjadi narasumber program Overview Tribunnews.com, Kamis (26/11/2020).
2. Pemalsuan Identitas
"Contohnya ada orang lain ke bank, kemudian memakai identitas orang lain untuk melakukan transaksi atas nama orang lain. Atau juga dengan menggunakan surat kuasa yang seolah-olah dikuasakan oleh korban," ungkap Purbo.
3. Pencurian data
Faktor ketiga ialah adanya pencurian data, salah satunya melalui metode skimming.
"Modus pencurian yang biasa terjadi ialah skimming,. Kita sering temui pencurian PIN akibat skimming atau pemasangan kamera di mesin ATM," kata Purbo.
4. Kesalahan Sistem Perbankan
Faktor keempat menurut Purbo ialah karena adanya kesalahan sistem di perbankan yang mengakibatkan kesalahan termasuk di dalamnya hilangnya uang nasabah.
GridPop.ID (*)