Ecoton adalah sebuah organisasi yang bergerak di bidang hukum lingkungan.
Dari aksi itu, seorang pembuat film asal Jerman yang membaca kisah Nina pun tertarik untuk membuat film dokumenter.
Film berjudul Girls for Future atau kinder de klimaat dalam bahasa Jerman itu menceritakan kisah empat anak perempuan asal India, Afrika, Australia, dan Indonesia yang berusaha melawan krisis iklim.
“Banyak orang yang termotivasi, terinspirasi, ada penonton yang menangis,” ungkap Nina saat menceritakan suasana usai film dokumenter itu diputar di COP26.
Dukungan dari keluarga
Di balik sosok inspiratif, tentunya terdapat orang terdekat di baliknya yang mendukung mereka.
Begitu pun dengan Nina, di mana pencapaiannya tak lepas dari dukungan kedua orang tuanya.
Sang ayah, Prigi Arisandi, merupakan Direktur Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton), seorang aktivis pelindung sungai.
Sementara itu, ibunya, Daru Setyo Rini, merupakan Manajer Program Ecoton.
“Orang tua saya adalah aktivis pelindung sungai. Jadi saya dari kecil diajarkan untuk mencintai dan menjaga lingkungan,” ulas perempuan yang bermimpi menjadi menteri lingkungan hidup dan kehutanan itu.
Adapun beberapa isu lingkungan yang paling Nina minati, adalah perubahan iklim, sampah plastik, dan sampah impor.
Tak heran, ia pun dijuluki Polisi Sampah oleh teman-temannya lantaran sering memberikan peringatan untuk tidak menggunakan sampah plastik sekali pakai.
Kawan Puan, itulah kisah Nina, seorang pelajar asal Gresik yang tak hanya menginspirasi anak muda di seusianya, tetapi juga orang-orang yang berusia jauh di atasnya.
Artikel ini telah tayang di Parapuan.co dengan judul "Aeshnina Azzahra, Pelajar 14 Tahun Asal Gresik yang Berpidato di Plastic Health Summit 2021"
GridPop.ID (*)