Dia awalnya berencana untuk membesarkan kedua bayi kembarnya, tetapi sayang ia hampir tidak bisa mendapatkan makanan yang cukup untuk salah satu dari mereka.
Suaminya, 45 tahun, bekerja sebagai buruh tetapi mengatakan hanya ada sedikit pekerjaan untuk satu hari kerja dalam lima hari.
Upah sehari, sekitar $1 (sekitar Rp14.000), cukup untuk makan dua hari saja.
Anak laki-laki tertua kedua juga bekerja di pasar terdekat, kata sang ibu.
Ia mendorong gerobak yang digunakan pemilik kios untuk menjual dagangan mereka.
Tetapi karena dia masih muda, pemilik kios sering lebih suka mempekerjakan anak-anak yang lebih kuat sehingga dia juga sering tidak mendapat pekerjaan.
Karena bayi-bayinya yang baru lahir terus-menerus menangis karena kelaparan, wanita itu mengatakan bahwa pasangan yang tidak memiliki anak mendekati mereka.
Pasangan itu menawarkan $104 untuk mengadopsi putranya yang baru lahir.
Awalnya dia menolak, tetapi setelah beberapa hari melihat anak laki-laki itu menangis tanpa makan, sang ibu akhirnya memutuskan bahwa memberikan bayinya kepada orang lain adalah pilihan terbaik untuk memenuhi kebutuhannya serta anak-anaknya yang lain.
Dia berkata: "Ini sulit. Saya menyerahkan anak saya karena kemiskinan... Saya tidak mampu merawatnya dan saya tidak mampu membeli apapun."
"Saya memberikan semua uang itu kepada suami saya. Dia membeli beras, minyak, dan tepung. Kami sudah menyelesaikannya."