Saat itulah dirinya tersambar petir. Ia mengaku saat tersambar petir dirinya langsung jatuh dalam keadaan telungkup.
Dirinya mengaku masih sadar beberapa saat setelah petir itu dengan telak mengenai dirinya., namun ia tak bisa menggerakkan badannya.
"Sudah mikirnya ke atas (Tuhan), pasrah saja, hidup mati saya ikhlas, pasrah lah," ujarnya.
Beruntung, rekan-rekan Abdul dengan sigap langsung menuju ke arahnya dan memberikan pertolongan pertama hingga Abdul berhasil dilarikan ke Rumah Sakit Pelabuhan Koja, Jakarta Utara.
Terkait insiden yang menimpa Abdul, seorang peneliti sekaligus Guru Besar dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof Dr Dipl Ing Ir Reynaldo Zoro menjelaskan penyebab sambaran petir tersebut.
"Mungkin itu mitos ya seolah frekuensi ponsel dan HT dengan petir itu nyambung, enggak ya. (Frekuensi) ponsel dan HT itu GHz (gigahertz) sedangkan petir maksimalnya hanya 100 MHz (megahertz), jadi tidak nyambung," kata Reynaldo saat dihubungi Kompas.com, Minggu (26/12/2021)
Ia menyebutkan justru payung dan truklah menjadi easy target bagi lidah petir,