Find Us On Social Media :

Antigen/PCR Sebagai Syarat Perjalanan Dihapus Timbulkan Kekhawatiran Penularan Makin Parah, Epidemiolog Singgung Data di Lapangan: Tes Ibarat Mata Kita Terhadap Virus!

By Arif B, Rabu, 9 Maret 2022 | 08:02 WIB

Ilustrasi. Pemerintah menghapus Tes PCR/Antigen sebagai syarat perjalanan

GridPop.ID - Mulai Selasa (08/03/2022) pemerintah resmi menghapus tes antigen dan polymerase chain reaction (PCR) sebagai syarat perjalanan domestik.

Hal ini justru membuat masyarat khawatir jika penularan makin parah.

Seperti yang dikatakan Corry Elyda, karyawan swasta di sebuah perusahaan di Jakarta.

"Aku justru khawatir (tes Covid-19 dihapus). Sudah tes saja masih parno, di bandara enggak buka masker sama sekali kecuali terpaksa atau jauh dari orang-orang. Di pesawat juga begitu," ujar Corry kepada Kompas.com, Selasa (8/3/2022).

Corry mengaku sering bepergian dengan menggunakan pesawat ke luar kota untuk urusan keluarga. Sebab, dirinya tinggal terpisah dengan orangtua yang berada di luar Ibu Kota.

Oleh karena itu, dia pun sangat khawatir jika tidak ada tes malah membuatnya tertular dan menularkan kepada orang lain.

"Karena saya kebanyakan terbang untuk urusan keluarga, ketemu orangtua. Takutnya malah ketularan, terus nularin ke yang lain," kata dia.

Corry pun berharap kebijakan penghapusan tes Covid-19 untuk pelaku perjalanan domestik itu bisa dibatalkan. Dia lebih menginginkan agar tes Covid-19 tetap dilakukan bagi siapa pun yang akan melakukan perjalanan.

"Tetap tes sih karena setidaknya screening orang-orang yang mau terbang dipastikan mereka semua tes dan terintegrasi dengan PeduliLindungi juga," kata dia.

Baca Juga: Bak Senjata Makan Tuan, Awalnya Lapor Kehilangan HP, Bisnis Tes PCR Palsu Dokter Asal Makassar Malah Bocor Usai Polisi Tak Sengaja Temukan Bukti Mencengangkan Ini

Corry pun tidak merasa terbebani dengan adanya tambahan biaya tes karena menurutnya biaya tersebut pun cukup murah. Menurut dia, lebih baik mengeluarkan sedikit biaya daripada harus menularkan penyakit kepada orang lain.

Hal senada disampaikan Abdul Rozak. Pegawai salah satu institusi pemerintah ini mengatakan, dirinya tak setuju tes Covid-19 dihapuskan karena masih khawatir dengan penyakit tersebut.

"Tidak setuju, masih khawatir sama Covid-19. Terlebih belum ada obatnya. Saya khawatir jadi pembawa virus tersebut dan menyebarkannya ke orang-orang di pesawat dan tempat tujuan," kata dia.

Rozak menilai, tes Covid-19 baik berupa antigen maupun PCR harus tetap dilakukan bagi pelaku perjalanan domestik.

Hal tersebut dinilai akan menimbulkan rasa aman dan nyaman bagi setiap orang saat bepergian, termasuk dirinya sendiri.

"Kalau bisa sih, setiap pesan tiket harus termasuk dengan tes, baik PCR maupun antigen. Jangan terpisah, karena itu agak merepotkan," kata dia.

Menurut dia, biaya untuk tes juga tidak lebih membebani dibandingkan saat bepergian tiba-tiba diketahui positif Covid-19. Hal tersebut justru dinilainya akan menjadi beban bagi semua orang.

"Justru dengan tes itu, kita memastikan kalau keamanan dan kelayakan kita jalan. Karena saya mementingkan keamanan, harga segitu untuk PCR atau antigen tidak masalah. Kan bisa PCR atau antigen asal sudah dua kali vaksin," tutur dia.

Epidemolog Indonesia dari Griffith University Australia, Dicky Budiman pun menanggapi kebijakan pemerintah yang menghapus tes antigen dan polymerase chain reaction (PCR) sebagai syarat perjalanan domestik.

Baca Juga: Telan Pil Pahit Positif Covid-19 Kedua Kali, Ternyata Lokasi Ini yang Buat Ashanty Terkonfirmasi Corona padahal Sebelum Naik Pesawat Hasil PCR Negatif

Dicky pun menyayangkan adanya penghapusan tes antigen dan PCR bagi pelaku perjalanan domestik ini.

Pasalnya menurut Dicky, testing Covid-19 adalah hal yang penting dilakukan untuk melihat situasi pandemi saat ini.

Bahkan Dicky mengibaratkan testing sebagai mata kita terhadap virus.

Karena tanpa adanya tes yang memadai, maka kita tidak bisa melihat di mana atau ke arah mana virus Covid-19 ini menyebar.

“Tes ibarat mata kita terhadap virus. Tanpa tes yang memadai kita tidak dapat melihat di mana virus atau ke mana arahnya,” dilansir Kompas.com, Senin (7/3/2022).

Lebih lanjut Dicky menuturkan testing memang bisa dihilangkan sebagai syarat perjalanan.

Namun pemerintah juga harus mengubah polanya dengan yang bersifat target oriented atau surveilans pada satu wilayah tertentu.

Agar kondisi kesehatan seseorang bisa terdeteksi dari testing pemerintah pada lokasi tempat tinggalnya.

“Sebaiknya ada uji publik dulu untuk melihat potensinya. Setidaknya (testing) di satu lokasi selama satu minggu supaya memiliki dasar data yang kuat dalam konteks (kondisi penyebaran Covid-19) di Indonesia,” terang Dicky.

Baca Juga: Terpapar Covid-19 Sepulang dari Turki, 8 Orang di Rombongan Anang Hermansyah Dinyatakan Positif, Ada Insial MTH, Siapa?

Selain itu Dicky menyebut, pemerintah bisa melakukan penguatan di aspek lainnya.

Seperti pengetatan penggunaan masker bagi masyarakat yang akan pergi ke luar kota, misalnya dengan menggunakan masker N-95.

Baca Juga: Dituding Ambil Untung dari Bisnis PCR, Luhut Bela Diri Ungkap Pengakuan Mengejutkan: Tidak Ada yang Saya Sembunyikan!

GridPop.ID (*)