Fenomena ini diperkirakan akan terjadi lagi pada 2030 dan 2063 mendatang.
Melansir Kompas.com (3/5/2021), Peneliti Pusat Sains dan Antariksa Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Andi Pangerang mengatakan, bulan Ramadhan bisa berlangsung dua kali dalam setahun di tahun 2030.
"Pada tahun 2030 nanti, fase bulan baru awal Ramadhan tanggal 4 Januari pukul 09.49.23 WIB (1451 H) dan 25 Desember 00.32.04 WIB (1452 H)," kata Andi.
"Sehingga 1 Ramadhan 1451 H jatuh pada 5 Januari 2030 dan 1 Ramadhan 1452 H jatuh pada 26 Desember 2030," imbuhnya.
Andi menuturkan, pada tahun 1997, 1 Ramadhan 1417 Hijriyah bertepatan dengan dengan 11 Januari.
Lalu di penghujung tahun, yakni 31 Desember 1997, umat Muslim sudah merayakan kedatangan 1 Ramadhan 1418 Hijriyah.
Siklus 32-33 tahun sekali Andi menjelaskan, jika dilihat dari polanya, fenomena dua kali Ramadhan dalam satu tahun terjadi antara 32 atau 33 tahun sekali.
"Seperti kita tahu, rata-rata periode sinodis Bulan (Bulan segaris dengan Matahari) setiap 29,53 hari sekali. Berarti 1 tahun Hijriah rata-rata 354,37 hari. Jika 1 tahun Masehi rata-rata 365,24 hari, (jadi) selisihnya hampir 11 hari," jelas Andi.
"365,24 ÷ 11 = 33 tahun sekali, terkadang 33, terkadang 32," sambungnya.
Lebih lanjut Andi pun menuturkan, untuk menentukan jatuhnya bulan baru pada tahun Hijriah perlu perhitungan khusus, sedangkan pada tahun Masehi tidak demikian.
"Ya karena berbasis ketampakan bulan dan ketidakteraturan gerak bulan, maka perlu dihitung dan dikonfirmasi dengan pengamatan," pungkasnya.
Dilansir dari GridHype.ID, penentuan awal Ramadan ditandai dengan penampakan bulan yang menandakan awal dan akhir Ramadan, yaitu bulan kesembilan menurut kalender Islam.
Menjelang bulan suci, otoritas keagamaan di seluruh dunia secara otomatis mengamati langit malam untuk melihat sekilas bulan sabit yang menandai awal bulan Ramadan.
GridPop.ID (*)