Berangkat dari situ, muncul fenomena pulang ke kampung halaman secara massal dari para pekerja di kota kota besar.
Tingginya antusiasme masyarakat, membuat pemerintah memberi perhatian serius.
Jalur-jalur kereta api dari masa kolonial kembali dihidupkan di seluruh wilayah untuk memudahkan warga pulang ke kampung halaman.
Dalam perkembangannya, mudik juga dilakukan dengan moda transportasi bus, kapal, pesawat, bahkan mulai tahun 1980-an orang banyak mudik menggunakan kendaraan pribadi.
Istilah Mudik
Dulunya, masyarakat umumnya menggunakan istilah pulang kampung, bersilaturahmi dengan keluarga besar hingga halal bi halal dengan keluarga di kampung.
Istilah mudik ini baru populer sekitar 1980-an. Kata ini menjadi sebutan untuk perantau yang pulang ke kampung halamannya.
Dalam bahasa Jawa, masyarakat mengartikan mudik sebagai akronim dari mulih dhisik yang berarti pulang dulu.
Sementara, masyarakat Betawi mengartikan mudik sebagai 'kembali ke udik'. Dalam bahasa Betawi, udik berarti kampung.
Akhirnya, secara bahasa mengalami penyederhanaan kata dari "udik" menjadi "mudik".
Selain di Indonesia mudik juga terjadi di negara-negara lain, lo. Tidak beda jauh, negara-negara ini juga memiliki tradisi mudik.