Menna dibawa kembali pada dokter tersebut setelah 8 hari selepas melakukan prosedur. Namun dokter yang bersangkutan enggan memeriksa gadis itu.
Padahal, menurut ibu Menna, anaknya sampai naik kursi roda dan sudah sulit bicara.
"Dia bawa kami ke dalam bilik,"
"Menna memberitahu dokter bahawa dia sedang menahan rasa sakit yang sangat besar. Saking sakitnya, rasanya seperti mau mati katanya," lanjut sang ibu.
Dokter menyebut bahwa rasa sakit tersebut disebabkan karena jahitan bekas pembedahan. Menna dan ibunya lantas diminta pulang ke rumah.
Malam harinya, Menna terkapar di ranjang dalam keadaan tak sadarkan diri. Gadis remaja 19 tahun tersebut mengembuskan napas terakhirnya.
Rupanya, ada darah beku pada paru-paru dan perutnya.
Dokter yang bernama Mina Gerges tersebut akhirnya buka suara.
Ia menyatakan tak melakukan malapraktik. Menurutnya, ia tak melakukan kesalahan ketika merawat Menna.
Sang dokter juga menolak bicara lebih tentang kasus ini. Dia bersikukuh melindungi privasi pasien.