Pada gilirannya menyebabkan akumulasi gas seperti karbon dioksida dan metana.
Gas-gas ini tidak hanya menyebabkan tubuh membengkak, tetapi mereka memiliki peran sama dengan agen yang menyebabkan kontraksi prenatal pada tubuh wanita selama persalinan normal.
Ketika volume gas meningkat, akan memengaruhi atau lebih tepatnya menciptakan tekanan untuk mendorong janin keluar dari tubuh ibu.
Demikian fenomena tersebut dijelaskan, mengapa bisa terjadi kelahiran di dalam peti mati selama pembusukan tubuh manusia.
Pasca kejadian tersebut, tubuh Nomveliso dan anaknya dikremasi.
Tiga Ancaman Penyebab Kematian Ibu
Dilansir dari laman Kompas.com pada artikel 2014 silam, menurut dokter spesialis kebidanan dan kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM) Dwiana Ocviyanti, secara garis besar merinci 3 hal ancaman penyebab kematian ibu yang sering terjadi berikut ini:
1. Plasenta previa
Istilah ini digunakan untuk kondisi plasenta menutupi jalan lahir sehingga memicu terjadinya pendarahan, sementara bayi tidak dapat dikeluarkan.
2. Solusio plasenta
Kondisi ini dikenal juga dengan istilah awam ari-ari lepas yang mana biasanya terjadi karena trauma, seperti terjatuh, atau mendapat kekerasan.
3. Pendarahan saat bersalin
Pendarahan saat bersalin terjadi karena rahim yang tidak mau mengerut setelah melahirkan.
Pendarahan merupakan kondisi yang sangat berbahaya bagi ibu, karena dalam satu menit, darah yang keluar bisa mencapai 500 cc.
GridPop.ID (*)