GridPop.ID - Pernikahan sejenis antara Erayani dan NA tak henti-hentinya menuai sorotan.
Pihak ibu gadis berinisial NA merasa tak terima anaknya disebut lesbian.
Seperti diketahui bahwa NA dinikahi seorang wanita bernama Erayani yang menyamar jadi pria dengan nama Ahnaf Arrafif.
Melansir Wartakotalive.com, ibu NA tak terima anaknya disebut penyuka sesama jenis.
Hal itu diungkap usai ibu korban mendengarkan pernyataan langsung dari Kepala Seksi Penerangan dan Hukum Kejaksaan Negeri Jambi, Lexy Fatharany dalam sebuah pemberitaan.
Pasalnya, ia merasa jika sang anak disudutkan dengan pernyataan tersebut.
"Kenapa yang kerugian tak disebutkan? malah menyudutkan anak saya terus.
Dari kemarin pun anak saya sudah disudutkan. Mulai dari panggilan sidang yang mendadak," tuturnya, melalui pesan Whatsapp, Jumat (17/6/2022).
Diakuinya, sang anak kini mengalami tekanan mental usai mendengar keterangan tersebut.
"Anak saya normal dan tidak pernah neko-neko. Kabar yang beredar buat anak saya down," ujar ibu korban.
"Saya tidak terima, anak saya dibilang lesbi," katanya.
Tak sampai di situ, ia bersaksi bahwa sang anak merupakan wanita soleha dan sayang pada orang tua.
"Anak saya soleha. Sayang pada orang tua, selalu membantu ibu dan bapaknya," tuturnya.
Selain itu, sepulang NA bekerja, ia juga sering merawat sang ayah yang tengah mengidap sakit stroke.
"Dia tak pernah neko-neko. Kesehariannya cuma kerja pergi di pagi hari, baliknya di sore hari, jam 18," tambah ibu korban.
Di sisi lain, Kepala UPTD PPA Kota Jambi, Rosa Rosilawati ikut prihatin dengan kondisi psikis NA.
Melansir Tribun Jambi, ia meminta agar masyarakat ikut membantu memulihkan kondisi psikis korban dan bukan sebaliknya.
"Jangan beranggapan bahwa dia juga lesbi.
Karena kalau dari pandangan kami sementara ini, dia memang betul-betul korban.
Dia ini orangnya polos," katanya, Sabtu (25/6/2022).
Korban, kata Rosa sudah 2 kali menjalani konseling, tapi masih takut menghadapi masyarakat.
"Jadi, saya harap masyarakat bantu pulihkan psikis korban.
Kepada korban, kami juga menyarankan agar kembali bekerja lagi sehingga dapat bertemu temannya.
Ini dapat membantu untuk melupakan pengalaman buruknya," tuturnya.
"Kalau hanya mengandalkan psikolog tidak bisa.
Masyarakat juga harus membantu memulihkan psikisnya.
Dia mengalami ketakutan tersendiri, keluar dari rumah tidak berani," tuturnya.
GridPop.ID (*)