Find Us On Social Media :

Kelamin Jadi Tontonan Gegara Dituding Terlalu Besar, Pria Ini Pasrah Setelah Dilaporkan Mertua ke Polisi, Fakta di Balik Insiden Ini Mengejutkan

By Luvy Octaviani, Selasa, 28 Juni 2022 | 21:00 WIB

Ilustrasi alat kelamin pria

GridPop.ID - Kasus yang melibatkan mertua dan menantu ini sempat menjadi sorotan 3 tahun silam.

Bagaimana tidak? mertua nekat melaporkan menantunya sendiri karena alasan mengejutkan.

Mertua melaporkan menantunya ke polisi karena dituding memiliki alat kelamin terlalu besar.

Demi mengecek kebenarannya, si menantu pun pasrah harus menunjukkan alat kelaminnya ke banyak orang.

Dilansir dari laman GridPop.ID, peristiwa ini sempat menghebohkan warga Probolinggo sampai terendus berita Internasional.

Dilansir dari laman sosok.id, media Indonesia dan media Inggris dibuat tercengang dengan sebuah laporan unik dari warga ke pihak kepolisian beberapa waktu lalu.

Mertua di Probolinggo kedapatan melaporkan menantunya ke polisi.

Namun ia membuat laporan yang bisa dibilang kurang wajar.

Mertua melaporkan menantunya ke polisi lantaran sang mantu dinilai memiliki alat kelamin terlalu besar.

Baca Juga: Siap-siap! Mulai 1 Juli 2022 Beli Pertalite dan Solar Wajib Pakai Aplikasi MyPertamina, Berikut Ini Cara Mudah untuk Mendaftarnya!

Dilansir dari Surya Malang dan Rabu (27/3/2019), pelapor alias mertua, Nedi Sito (55), Warga Dusun Brukan, Desa Maron Kidul, Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo.

Ia melaporkan menantunya, Barsah karena dituduh sebagai penyebab kematian istrinya yang merupakan anak Sito, Jumantri (23).

Sito menuduh Barsah jika istrinya meninggal akibat alat kelamin menantunya ini terlalu besar.

Berdasar tuduhan itu maka pada tanggal 20 Maret 2019, Sito dan keluarga mendatangi Polsek Maron.

Kapolsek Maron AKP Sugeng Supriantoro membenarkan laporan Sito tersebut.

"Sito dan keluarga mendapatkan informasi dari beberapa orang kalau anaknya meninggal akibat alat kelamin suaminya yang kebesaran. Padahal itu tidak benar," katanya, Rabu (27/3/2019).

Sugeng menuturkan, Sito amat kecewa sekaligus geram terhadap Barsah karena mendengar adanya isu tersebut.

Sito lantas melaporkan Barsah ke polisi untuk bertanggung jawab.

Setelah adanya laporan itu, Sugeng mengajak terlapor dan pelapor duduk bersama meluruskan apa yang sebenarnya terjadi.

Baca Juga: Emang Dasar Otak Mesum! Sudah Tak Pakai Celana dalam Dari Rumah, Tukang Pijit Asal Surabaya Lakukan Tindakan Cabul Pada Pelanggan, Tak Takut Padahal Ada Suami Korban

"Kami pertemukan bahkan ada perangkat desa. Kami ajak rundingan bersama, biar tidak salah paham antara mertua dan menantu ini," katanya.

Demi membuktikan benar atau tidaknya alat kelamin Barsah penyebab meninggalnya Jumantri, maka Barsah disuruh (maaf) menunjukkan alat kelaminnya kepada pihak polisi, perangkat desa dan keluarga.

Hasilnya, ukuran alat kelamin Barsah normalnnya orang Indonesia.

"Akhirnya kedua belah pihak saling memaafkan. Hubungan mertua dan menantu ini kembali akur meski sempat berseteru. Dan jadi tidak ada yang dilaporkan, permasalahan selesai secara kekeluargaan," tambah Sugeng.

Setelah adanya pemeriksaan lebih lanjut, ternyata anak Sito yakni Jumitra meninggal karena sakit epilepsi.

Dan sakit itu sudah lama dialami korban sejak kecil.

Adanya kejadian ini bahkan sampai diliput oleh media asing dar Inggris Mirror.co.uk.

Dalam judul artikelnya 'Grieving dad told police his daughter was killed by son-in-law's huge pen*s' , Mirror menjelaskan hal yang sama persis dengan kejadian sesungguhnya dan mengutip berita ini dari AsiaWire.

Sebagai tambahan yang mengutip dari laman kompas.com, epilepsi adalah gangguan sistem saraf pusat (neurologis) di mana aktivitas otak menjadi tidak normal hingga menyebabkan kejang atau periode perilaku tidak biasa, sensasi, dan kadang-kadang pingsan.

Baca Juga: Dituding Cuci Tangan Usai Kontroversi Promo Minuman Beralkohol, Ini Sosok Pemilik Holywings yang Izin Usahanya Resmi Dicabut oleh Pemprov DKI Jakarta, Ternyata Punya Latar Belakang yang Mentereng!

Gangguan kesehatan tersebut bisa dialami oleh siapa pun, baik pria maupun wanita dari semua ras, latar belakang etnis, dan usia.

Melansir Mayo Clinic, gejala kejang pada epilepsi bisa sangat bervariasi.

Beberapa orang dengan epilepsi hanya menatap kosong selama beberapa detik saat kejang, sementara yang lain bisa sampai berulang kali menggerakkan lengan atau kakinya.

Memiliki kejang tunggal tidak berarti seseorang menderita epilepsi.

Setidaknya dua kejang yang tidak diprovokasi, baru diagnosis sebagai epilepsi.

GridPop.ID (*)