Alvino menyampaikan, dalam kondisi normal harga sembako telur ayam di tingkat konsumen seharusnya lebih mahal hanya sekitar Rp3.000-Rp4.000 per kg.
Lantaran ada faktor penyusutan dan biaya transportasi.
Saat ini, harga di tingkat peternak Rp27.000. Sehingga harusnya paling mahal harga di tingkat konsumen Rp31.000.
Namun nyatanya, ada pedagang yang menjual hingga Rp34.000 per kg.
Ia memprediksi kenaikan harga sembako telur ayam masih akan berlangsung sampai September, mengikuti masa pencairan bansos.
"Kami senang harga telur naik, jadi kami bisa cepat recovery. Tapi kami juga tidak mau harga terlalu tinggi. Kami khawatir konsumen keberatan dan suatu saat harga telur bisa jatuh lagi," tuturnya.
Ia pun meminta pemerintah jangan memberikan bansos sekaligus, karena bisa berimbas pada kenaikan harga bahan pangan.
"Kalau ada bansos jangan dirapel. Kalau dirapel akibatnya bisa seperti ini," ucapnya.
Terkait hal tersebut, sejumlah pedagang kuliner di Kota Medan mengaku resah dengan tingginya harga sejumlah komoditas pangan.
Dilansir dari Tribun Medan, Zulfanli seorang pedagang kuliner di Jalan Bunga Raya, mengatakan tingginya harga telur ras tentu akan membuat pendapatannya berkurang.
"Harga telur sudah naik dari beberapa hari yang lalu, pusing juga semuanya serba naik, mulai dari cabainya sampai telur ayam pun naik, jadi susah untuk mengakalinya," ujar Zulfanli, pada Selasa (23/8/2022).