GridPop.ID - Lonjakan harga sembako cabai karena kenaikan harga BBM per Sabtu (03/09/2022) semakin terasa, tak hanya oleh pembeli namun juga pedagang.
Salah seorang pedagang di Pasar Karangayu Semarang, Yati (58) mengeluhkan lonjakan harga sembako cabai keriting yang naik sampai Rp 45 ribu menjadi Rp 80 ribu per kilo.
"Padahal sebelum harga BBM naik, harganya Rp 35.000 per kilogram," jelasnya saat ditemui di tokonya, Kamis (8/9/2022), dikutip dari Kompas.com.
Selain itu, harga cabai rawit setan juga ikut naik. Harga cabai rawit mencapai Rp 60.000 per kilo.
Padahal, lanjutnya, harga cabai rawit sempat Rp 25.000 per kilogram.
"Sekarang memang naik semua," keluhnya.
Naiknya harga cabai membuat banyak pembeli yang mengeluh.
Tak terhitung pelanggan yang menyampaikan protes terkait naiknya harga cabai.
"Padahal naiknya sudah dari petani, tapi kita yang jadi bahan protes," ucapnya.
Hal itu juga berimbas pada jumlah pembeli yang terus berkurang.
Dampaknya, banyak cabai yang membusuk karena pembeli semakin sepi.
"Kalau rugi ya pasti rugi. Jarang pembeli akhirnya banyak yang busuk," ujarnya.
Sementara itu, salah satu pembeli cabai, Tia (45) mengaku terpaksa berhemat lantaran banyak komoditas yang harganya naik sejak kenaikan harga BBM.
"Ya memang harus berhemat, mau gimana lagi," keluhnya.
Selain cabai, harga komoditas lain seperti telur juga masih tinggi.
Dia berharap pemerintah segera menurunkan harga BBM agar harga komoditas lain ikut turun.
"Mau sampai kapan kita harus seperti ini. Gaji suami juga tak naik," paparnya.
Sebagai tambahan informasi seperti yang dikutip dari Kontan.co.id, berikut alasan harga BBM naik.
Keputusan pemerintah untuk menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) PT Pertamina (Persero) di tengah tren penurunan harga minyak mentah dunia memang sempat dipertanyakan masyarakat.
"Masyarakat saat ini bertanya karena harga minyak adlam sebulan terakhir agak mengalami penurunan," ujar Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam konferensi pers, Sabtu (3/9/2022), dikutip dari Kompas.com.
Sri Mulyani menjelaskan, meskipun harga minyak mentah mengalami penurunan, rata-rata harga acuan minyak mentah nasional atau ICP relatif masih tinggi.
Bahkan, bendahara negara itu menyebutkan, jika harga ICP turun hingga ke level 90 dollar AS per barrel, rata-rata harga tahunan ICP masih berada pada kisaran 98,8 dollar AS per barrel.
"Atau kalaupun harga minyak turun sampai di bawah 90 dollar AS (per barrel), maka keseluruhan tahun rata-rata ICP masih di 97 dollar AS (per barrel)," kata dia.
Dengan demikian, besaran subsidi BBM yang perlu disalurkan oleh pemerintah tetap akan membengkak, jika harga ICP mengalami penurunan cukup signifikan.
Carolus Dori Presiden Joko Widodo resmi umumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Kenaikan ini berlaku untuk Pertalite, Solar, dan Pertamax.
Harga baru ini BBM bersubsidi dan non-subsidi itu mulai berlaku pada Sabtu (3/9/2022) pukul 14.30 WIB.
Berdasarkan perhitungannya, Sri Mulyani menyebutkan, dengan rata-rata harga tahunan ICP sebesar 99 dollar AS per barrel, maka pemerintah perlu menambah lagi sekitar Rp 151 triliu, dari anggaran subsidi energi Rp 502 triliun saat ini.
"Kalau harga ICP di 85 dollar AS per barrel sampai Desember, kenaikan subsidi tetap menjadi Rp 640 triliun (penambahan anggaran sebesar Rp 138 triliun)," ujarnya.
Oleh karenanya, pemerintah masih akan terus melakukan pemantauan terhadap perkembangan harga ICP, guna menentukan besaran anggaran subsidi yang perlu digelontorkan hingga akhir tahun ini.
"Karena memang suasana geopolitik dan suasana ekonomi dunia masih sangat dinamis," ucap Sri Mulyani.
Baca Juga: Harga Sembako Telur Ayam di Daerah Ini Ngeri, Bisa Tembus Rp 54 Ribu Imbas Kenaikan Harga BBM!
GridPop.ID (*)