GridPop.ID - Depresi dapat menyerang siapapun.
Jika seseorang mengalami depresi, maka suasana hati akan didominasi dengan perasaan sedih.
Depresi tak boleh disepelekan.
Mengutip Tribun Health, seseorang yang menderita depresi perlu mendapatkan pengobatan.
Sebab, gejala yang ditimbulkan akan mengganggu, bahkan kualitas hidup penderita juga menjadi bertambah buruk seiring waktu.
Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ menerangkan tentang tips hidup perihal faktor-faktor penyebab depresi yang wajib diketahui.
Sang dokter mengungkap, ada banyak hal-hal yang dapat menyebabkan seseorang menjadi stresor.
Stressor adalah hal yang membebani pikiran.
Atau juga hal yang menyebabkan seseorang menjadi berpikir lebih berat dari biasanya.
"Kemudian bisa menjadi seseorang itu merasa sangat bertanggung jawab dan berlebihan," ungkap Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ dalam tayangan YouTube Tribun Health program Healthy Talk.
"Faktor sosial di lingkungan kita banyak yang menjadikan seseorang itu mengalami kondisi depresi," tutur Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ.
"Beban kerja yang lebih dari biasanya, beban ekonomi yang sulit itu faktor-faktor sosial di lingkungan yang sering kita temui," timpal Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ.
"Konflik internal pribadi dengan orang lain ataupun konflik internal dengan keluarga maupun bahkan perasaan bersalah yang mungkin sebenarnya tidak terlalu beralasan.
Dalam artian mungkin itu hanya internal pribadi seseorang saja.
Itu bisa menyebabkan kondisi-kondisi depresi," pungkasnya.
"Jadi gambaran seperti itu.
Jadi tidak mesti seseorang itu harus mengalami sebuah konflik terbuka dengan orang lain kemudian konflik itu menjadi tidak bisa ternetralisir kemudian ia menjadi depresi," sambungnya.
"Tapi bisa jadi konflik internal dirinya sendiri yang sebenarnya tidak terlalu signifikan secara hubungan personal dengan orang lain itu bisa menimbulkan seseorang itu juga mengalami kondisi-kondisi gangguan depresi," ulasnya.
Lantas apakah depresi ada kaitannya dengan faktor genetik?
"Sebenarnya kita mungkin sering mendengar tentang gangguan bipolar," jelasnya.
"Jadi begini, kalau kita berbicara depresi secara garis besar itu dibagi menjadi dua, ada yang namanya mayor depression disorder atau gangguan depresi mayor dan ada yang namanya gangguan depresi bipolar," ungkapnya.
Dua jenis depresi tersebut berbeda.
"Kalau seandainya kita berbicara tentang kondisi risiko genetik ataupun penyakit genetik, itu sebenarnya lebih ke arah gangguan depresi bipolar," tambahnya.
Dimana angka presentase kejadian lebih rentan pada orang yang memiliki risiko genetik dengan gangguan afektif bipolar.
Nah, bagaimana cara mengatasi depresi?
Melansir Kompas.com, cara di bawah ini dapat dilakukan untuk mengatasi depresi.
- Bicarakan dengan orang kepercayaan mengenai perasaan yang dirasakan
- Cari bantuan profesional, dapat dimulai ke tenaga kesehatan dan dokter
- Tetap menjaga hubungan baik dengan keluarga, teman, dan orang di sekitar
- Berolahraga secara teratur walaupun hanya olah raga ringan
- Biasakan untuk tetap makan dan tidur secara teratur
- Hindari konsumsi alkohol dan penggunaan narkoba karena akan memperparah depresi
GridPop.ID (*)