"Saya imani bahwa memang itu kuasa Tuhan, Tuhan mau menunjukkan melalui tubuh almarhum yang melemas tadi itu sehingga terungkap semua kasus ini."
Roslin yang sangat dekat dengan Brigadir J sejak keponakannya masih kecil, merasa seakan diminta langsung untuk memeriksa luka di tubuh mendiang.
"Dia mau mempertunjukkan, 'Inang, Uda, tubuhku tolong buka, lihat yang lain', kayak gitu, saya berpikir ke situ," tutur Roslin.
"Almarhum ini ingin biar aku membuka bajunya biar tahu semua luka-luka mana yang ada di tubuhnya."
Sebelumnya, dengan berlinang air mata, Roslin meyakini bahwa roh sang keponakan masih hidup dan ingin bicara padanya.
Karena itu, tubuh Brigadir J seakan memberi peluang dan memudahkan keluarga untuk melakukan pemeriksaan.
"Dia lemahkan semua tubuhnya yang malam itu sudah kaku, sudah dua hari meninggal tapi kok malah pagi itu dia sudah bisa melemas semua tubuhnya," kata Roslin.
"Bahkan kakinya yang bengkok bisa kami luruskan lagi, tangannya yang malam itu terbujur kaku, bisa lagi kami lipat."
Keluarga baru bisa secara utuh melihat luka-luka janggal di tubuh Brigadir J setelah beralasan ingin menambah dosis formalin.
Berangkat dari bukti rekaman luka-luka tersebut, keluarga Brigadir J menuntut keadilan dan berhasil membongkar rekayasa skenario dan pelaku pembunuhan anaknya.
Roslin Simanjuntak telah mencium kejanggalan dalam kasus kematian keponakannya, Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J sejak awal.