Pemicu tsunami, menurutnya terjadi apabila gunung yang meletus berada di lautan seperti Krakatau serta gunung api dasar laut di pasifik.
"Jepang memang mewaspadai karena khawatir akan ada Tsunami karena ada gunung berapi di Pasifik yang bersebelahan dengan Jepang, yakni gunung Hunga di pulau Tonga," lanjutnya.
Hingga kini, status Gunung Semeru paling akurat hanya dapat diberikan oleh pos pantau.
Kendati demikian, update terbaru Jepang telah mencabut peringatan tsunami yang dipicu erupsi Gunung Semeru.
Melansir Tribun Medan, update tersebut disampaikan Bada Meteorologi Jepang.
Lembaga penyiaran publik NHK mengutip Badan Meteorologi Jepang menyampaikan bahwa tidak ada dampak tsunami dari erupsi gunung berapi di Indonesia.
Sebelumnya, Badan Meteorologi Jepang mengatakan bahwa pihaknya sedang memantau kemungkinan tsunami setelah Gunung Semeru erupsi, sebagaimana dilansir Reuters.
Tsunami akibat erupsi Gunung Semeru sebelumnya diprediksi mencapai Prefektur Okinawa paling cepat sekitar pukul 14.30 waktu Jepang.
Akan tetapi, kini Badan Meteorologi Jepang menyatakan bahwa tidak ada dampak tsunami akibat erupsi Gunung Semeru.
Erupsi yang terjadi di Gunung Semeru kali ini rupanya bertepatan dengan satu tahun sejak erupsi Semeru 4 Desember 2021.
Awan panas guguran (APG) meluncur dari puncak kawah jonggring saloko sejauh tujuh Kilometer (Km) ke arah tenggara dan selatan.
Erupsi Gunung Semeru juga meluncurkan kolom abu berwarna kelabu dari puncak kawah dengan intensitas sedang hingga tebal setinggi 1,5 Km dari puncak kawah pukul 02.56 WIB.
Secara kegempaan, seismograf mencatat terjadi delapan kali gempa letusan dengan amplitudo 18-22 mm dengan durasi 65-120 detik.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengimbau warga tidak beraktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 kilometer dari puncak.
GridPop.ID (*)