Find Us On Social Media :

Kisah Para Ladyboy Thailand yang Harus Lakoni Wamil, Bak Mimpi Buruk hingga Ada yang Ingin Bunuh Diri Saking Paniknya

By Ekawati Tyas, Senin, 19 Desember 2022 | 13:03 WIB

Para Ladyboy saat menjalani wajib militer di Thailand

GridPop.ID - Sejumlah negara mewajibkan penduduk pria melakoni wajib militer alias wamil.

Salah satunya adalah Thailand.

Seluruh penduduk pria wajib menjalani wamil selama 6 bulan, tak terkecuali para ladyboy.

Mengutip Suar.id, seperti diketahui bahwa Thailand menjadi salah satu negara dengan toleransi yang sangat tinggi terutama untuk kaum LGBT (Lesbian, Gay, Bissex dan Transgender).

Maka bukan hal yang aneh jika disana banyak praktik operasi kelamin.

Kendati demikian, operasi kelamin tak membebaskan para ladyboy melakukan wamil.

Sekelompok ladyboy terlihat duduk dalam balutan busana wanita di belakang barisan pria.

Mereka menunggu petugas militer memanggil nama mereka guna memutuskan apakah mereka harus menjalani wamil atau tidak.

"Aku dilahirkan laki-laki, jadi aku harus ada di sini, seperti tugas panggilan," kata Kanphitcha Sungsuk salah seorang ladyboy dilansir dari nbcnews.com.

Kendati dikenal sebagai negara dengan tolerasni tinggi terhadap gay dan transgender, tapi banyak ladyboy yang mengeluh karena merasa diperlakukan sebagai warga negara kelas dua.

Belum lagi saat usia mereka 21 tahun dan harus menjalani wamil.

Baca Juga: TAK TERIMA! Ayah Angkat Rizky Billar Bakal Lapor Polisi Soal Tudingan Anaknya Jadi Simpanan Waria: Billar Sedih

"Sebagian besar mereka khawatir akan menanggalkan pakaiannya, atau dipermalukan di depan umum," kata Jetsada Taesombat, direktur eksekutif Aliansi Transgender Thailand untuk Hak Asasi Manusia.

"Beberapa orang sangat stres bahkan ingin bunuh diri untuk menghindari wajib militer," tambahnya.

Melansir Kompas.com, pengecualian wamil ini hanya dapat diperoleh transgender yang telah memiliki sertifikat pembebasan wajib militer yang diurus melalui proses hukum.

Yang jadi masalah, tidak semua transgender memiliki surat tersebut.

Para aktivis hak asasi manusia terus berjuang agar transgender memperoleh pengakuan dari negara.

Meski mempunyai sertifikat pembebasan dari wajib militer, kaum transjender tetap harus datang di hari penyaringan wajib militer, dan menunjukan surat pembebasan itu.

Barulah para petugas percaya, dan mereka tak harus ikut dalam penyaringan wamil.

Sementara bagi yang tak mempunyai surat itu, mereka harus tetap harus ikut dalam proses penyaringan.

Penentuan wajib militer biasanya diadakan tiap bulan April.

Akibat banyaknya kaum transjender di Thailand, maka sudah terbiasa pula terlihat para transjender yang tak punya surat pembebasan, berada di dalam antrean para pria dalam pemeriksaan kesehatan untuk ikut wajib militer.

Tak sedikit transgender yang mengaku sangat stres dengan kewajib ini.

Baca Juga: Sudah dari Sononya Tempramental, Isa Zega Sebut Perangai Rizky Billar Susah Diubah

Banyak yang panik saat menjalani penyaringan, sebab pakaian mereka dilucuti demi melakukan pemeriksaan kesehatan.

Seorang dokter akan membawa mereka ke ruangan tertutup atau di balik dinding.

Dokter akan melihat apakah kaum transjender itu mengalami banyak perubahan fisik atau tidak.

Pendaftaran wajib militer di Thailand dilakukan dengan sistem undian.

Di dalam guci tertutup mereka harus mengambil kartu. Ada dua jenis kartu di dalamnya. Kartu merah dan kartu hitam.

Jika mendapat kartu merah, artinya mereka langsung langsung diproses untuk ikut wamil, sedangkan jika mendapat kartu hitam, mereka tak harus ikut wajib militer di tahun itu.

Setiap tahunnya jumlah pria yang ikut wajib militer di Thailand sekitar 100 ribu orang.

GridPop.ID (*)