Yang paling mengejutkan En Cuong adalah ketika Tieu Manh menempelkan kode QR di pintu kamar, memaksa suaminya memindai kode untuk membayar, jika tidak, dia tidak akan diizinkan masuk ke kamar.
Tidak hanya itu, Tieu Manh juga mengungkapkan kekesalan dan keengganannya ketika orang tua suaminya datang menginap.
Ia bertekad untuk mengusir mereka, menggunakan kata-kata kasar untuk membuat keluarga selalu ribut dan tegang.
Ayah En Cuong sakit parah dan tekanan dari menantu perempuannya membuat kondisinya makin menurun.
Ia pun meninggal setelah seminggu menginap di rumah En Chuong.
Kematian sang ayah membuat kesabaran En Chuong habis.
Dia tidak bisa lagi menerima tindakan istrinya.
En Chuong lantas teringat momen putrinya lahir.
Ia mulai khawatir bahwa putrinya yang berusia 10 tahun bukanlah darah dagingnya.
Ia kemudian bertekad untuk menguji DNA putrinya meskipun istrinya keberatan.
Sebagai pengetahuan yang mengutip dari laman kompas.com, tes DNA atau genetik testing bisa digunakan untuk mengetahui garis keturunan seseorang.
Menurut laman CDC, tes DNA atau genetik dilakukan dengan menggunakan sampel darah atau ludah.
Hasil tes ini bisa keluar dalam hitungan hari atau minggu.
Karena DNA kita sama dengan DNA keluarga, jika kita mengalami perubahan genetik maka anggota keluarga kia berpotensi mengalami hal yang sama.
Setelah melakukan tes DNA, tak lama kemudian, hasilnya kembali membuat En Cuong sangat terkejut.
Gadis itu memang tidak memiliki hubungan darah dengannya.
Selama 10 tahun terakhir, En Cuong telah membesarkan anak orang lain dan harus sabar menghadapi sikap istrinya.
Tepat setelah itu, En Cuong mengajukan gugatan cerai, meminta Tieu Manh untuk membawa putrinya keluar rumah.
Akhirnya, pengadilan menyetujui perceraian En Cuong dari Tieu Manh.
Selain itu, Tieu Manh juga bertanggung jawab untuk memberi kompensasi kepada En Cuong sebesar 80.000 yuan atau sekitar Rp174 juta. GridPop.ID (*)