"Dia telah membunuh 9 orang, jadi semuanya total 10 orang yang dibunuh. Di antaranya yang dia masih ingat, satu itu dari Palembang, Jogja, Sukabumi, sisanya dia belum mengetahui. Dari 10 mayat ini, 5 sudah jadi tulang belulang, 5 masih ada daging sedikit," sambungnya.
Nekat membunuh korbannya, Mbah Slamet telah menjadi dukun sejak tahun 2018.
Tak bekerja sendirian, Mbah Slamet merekrut pria berinisial BS sebagai sosok yang menyebarkan promosi untuk klaim dukun pengganda uang.
Ikut terlibat dalam pembunuhan berencana Mbah Slamet, BS pun ditangkap polisi.
"1 tahun yang lalu, BS ini kaki tangan Tohari atau Mbah Slamet. Tugas dan peran BS ini memosting di Facebook yang isinya adalah Mbah Slamet memiliki kemampauan menggandakan uang. BS ini mempertemukan tersangka dengan korban," ungkap AKBP Hendri Yulianto.
Baca Juga: Sudah Rencanakan Pembunuhan, Ini Motif Pelaku Mutilasi Ibu Tunggal di Sleman, Yogyakarta
Sementara itu, istri dari Mbah Slamet sendiri mengakui tak tahu menahu kelakuan keji suaminya.
Pasalnya, hubungannya dengan Mbah Slamet tidak harmonis.
Motif pembunuhan dukun pengganda uang Banjarnegara
Melansir dari laman kompas.com, Kapolres Banjarnegara AKBP Hendri Yulianto menyampaikan, pembunuhan yang diduga dilakukan oleh Slamet terkait dengan aksi penipuan yang dilakukan pelaku selama lima tahun belakangan.
Slamet mengaku mempunyai kemampuan melipatgandakan uang kepada pasien, sebutan untuk orang yang datang untuk menggandakan uang.
Salah satu pasien yang datang kepada Slamet adalah PO.
Korban sudah beberapa kali menyetorkan uang kepada Slamet untuk menggandakan uang.
Namun harapan PO sama sekali tidak berbuah lantaran uang yang digandakan kepada Slamet tidak kunjung menghasilkan.
Korban kemudian menagih uang itu kepada Slamet yang membuat pelaku kesal dan akhirnya tega melakukan pembunuhan dengan cara diracun.
Hendri mengatakan, PO sudah beberapa kali memberikan uang dengan total Rp 70 juta untuk digandakan kepada Slamet.
Pelaku memberi janji kepada PO bahwa uang sebesar Rp 70 juta akan dilipatgandakan menjadi Rp 5 miliar.
"Korban terus menagih mana hasil penggandaan uangnya. Akhirnya tersangka kesal dan memberikan minuman berisi potas kepada korban," jelas Hendri. GridPop.ID (*)