Haniva yang penasaran akhirnya bertemu dan bertanya langsung pada bocah tersebut.
“Saya tanya, uang itu untuk apa, untuk si A si B teman aku. Nah mereka gak minta. Lalu saya tanya, kenapa dikasih? Karena aku mau main sama dia, main bertiga,” cerita Haniva Hasnah mengingat pengakuan siswi SD yang menjadi klinennya.
Menurutnya, bocah SD itu mencuri uang dengan besaran Rp 50 ribu sampai Rp 200 ribu.
“Ya, ternyata dia sudah melakukan hubungan seksual, dua wanita satu laki. Dia bayar, karena si anak laki ini sudah mempelajari (cari keuntungan). Kejahatan inikan dipelajari ya,” kata dia.
Menurut Haniva Hasnah, anak perempuan itu awalnya adalah korban yang kemudian menjadi pelaku.
“Jadi ternyata si anak perempuan ini awalnya korban yang berakhir jadi pelaku. Dia sudah merasakan, buktinya dia menikmati itu semua. Jadi ketika diinterview lanjutan, kok bisa ya padahal orang tuanya orang tua terpelajar,” kata Haniva Hasnah.
“Mereka tinggal di daerah anomi yang tidak ada norma. Biasanya di kampung yang rumahnya berdekatan sekali. Sehingga terbiasa mendengar tetangga mengeluarkan kata-kata kasar, mendengar tetangga berantem, itu biasa. Itu daerah anomi. tapikan potret masyarakat kita,” jelasnya.
Pendidikan seks untuk anak
Keharusan mengenalkan pendidikan seks pada anak masih menuai pro dan kontra hingga saat ini.
Sebagian orang tua menganggap bahwa pendidikan seks penting diajarkan sejak dini, namun ada juga yang menganggap anak bisa tahu dengan sendirinya.
Padahal anak harus diajarkan untuk memahami bahwa tubuhnya adalah miliknya. Oleh karena itu, ia harus menjaga dengan tidak mengizinkan orang lain untuk menyentuhnya.
Baca Juga: AJAIB! 3 Gerakan Senam Kegel Ini Mampu Mengatasi Masalah Performa Pria di Ranjang