Lalu, bagaimana perbedaan antara penelitian laboratorium dan kehidupan nyata?
Ada kemungkinan bahwa ketika seseorang menggunakan pelumas di dunia nyata, sperma terkena konsentrasi pelumas yang lebih rendah atau mendapat waktu paparan yang lebih pendek, daripada dalam penelitian laboratorium.
Selain itu, mungkin juga sebagian besar pria memiliki air mani yang cukup kuat untuk menangkal dampak buruk pelumas sehingga hubungan intim tetap menyebabkan kehamilan.
Jadi, meskipun pengaruh pelumas terhadap kemampuan sperma untuk membuahi didukung oleh sejumlah penelitian, tetap ada kemungkinan kehamilan ketika seseorang melakukan hubungan intim tanpa kontrasepsi.
Sehingga jika tidak berencana hamil, sebaiknya tetap menggunakan alat kontrasepsi yang dapat diandalkan, selain kondom gunakan pula pil, cincin, atau IUD.
Sementara bagi pasangan yang merencanakan kehamilan namun tahu berada pada kondisi tertentu, seperti pria punya masalah dengan jumlah sperma yang rendah, motilitas sperma yang buruk, atau masalah kesuburan lainnya, para ahli tidak merekomendasikan penggunaan pelumas.
Hal ini dilakukan demi memaksimalkan peluang kehamilan.
Di samping itu, penting untuk mengupayakan faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan peluang kehamilan, seperti mengonsumsi vitamin, menghindari penggunaan produk di area kewanitaan, melakukan tes kesuburan, dan lainnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pakai Pelumas saat Bercinta Turunkan Peluang Kehamilan, Benarkah?"
GridPop.ID (*)