Find Us On Social Media :

Kumpulan Quotes Bijak Kartini sang Pahlawan Emansipasi Wanita, Bisa Dijadikan Caption Medsos

By Ekawati Tyas, Sabtu, 29 Juli 2023 | 06:15 WIB

Quotes Kartini.

GridPop.ID - 13 Quotes Raden Ajeng Kartini sang pahlawan emansipasi wanita.

Kartini adalah pelopor kebangkitan perempuan pribumi yang memiliki sederet quotes bijak.

Kartini kerap menulis surat-surat kepada para sahabat.

Melansir Tribun Jateng, inilah quotes atau kata-kata bijak RA Kartini untuk wanita Tanah Air.

1. Seorang perempuan yang mengorbankan diri untuk orang lain, dengan segala rasa cinta yang ada dalam hatinya, dengan segala bakti, yang dapat diamalkannya, itulah perempuan yang patut disebut sebagai "ibu" dalam arti sebenarnya.

2. "Jangan pernah menyerah jika kamu masih ingin mencoba. Jangan biarkan penyesalan datang karena kamu selangkah lagi untuk menang."

3. Sampai kapanpun, kemajuan perempuan itu ternyata menjadi faktor penting dalam peradaban bangsa

4. Ibu adalah pusat kehidupan rumah tangga. Kepada mereka dibebankan tugas besar mendidik anak-anaknya, pendidikan akan membentuk budi pekertinya.

Berilah pendidikan yang baik bagi anak-anak perempuan. Siapkanlah dia masak-masak untuk menjalankan tugasnya yang berat.

5. Anak perempuan yang pikirannya telah dicerdaskan serta pandangannya telah diperluas tidak akan sanggup lagi hidup dalam dunia nenek moyangnya

6. "Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu. Tapi satu – satunya hal yang benar – benar dapat menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri."

Baca Juga: Liriknya Menginspirasi, Inilah 11 Quotes dari LE SSERAFIM yang Bisa Dijadikan Motivasi Hidup

7."Jangan mengeluhkan hal-hal buruk yang datang dalam hidupmu. Tuhan tak pernah memberikannya, kamulah yang membiarkannya datang."

8. "Teruslah bermimpi, teruslah bermimpi, bermimpilah selama engkau dapat bermimpi! Bila tiada bermimpi, apakah jadinya hidup! Kehidupan yang sebenarnya kejam."

9. "Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di dalam dunia nenek moyangnya."

10. "Terkadang, kesulitan harus kamu rasakan terlebih dulu sebelum kebahagiaan yang sempurna datang kepadamu."

11."Tiada awan di langit yang tetap selamanya. Tiada mungkin akan terus menerus terang cuaca. Sehabis malam gelap gulita lahir pagi membawa keindahan. Kehidupan manusia serupa alam".

12. "Karena ada bunga mati, maka banyaklah buah yang tumbuh. Demikianlah pula dalam hidup manusia. Karena ada angan-angan muda mati, kadang-kadang timbullah angan–angan lain, yang lebih sempurna, yang boleh menjadikannya buah."

13."Tahukah engkau semboyanku? 'Aku mau!' Dua patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung dan membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata 'Aku tiada dapat!' melenyapkan rasa berani. Kalimat 'Aku mau!' membuat kita mudah mendaki puncak gunung."

Perjuangan Kartini untuk Pendidikan Perempuan

Melansir Kompas.com, RA Kartini memperoleh pendidikan di Europes Lagere School (ELS) saat berusia 12 tahun.

Adapun semua murid di sana wajib berbahasa Belanda.

Akan tetapi, tradisi Jawa menghentikan langkah Kartini mengenyam pendidikan di sekolah.

Baca Juga: SIMAK 9 Quotes Soekarno Tentang Pancasila yang Bisa Menginspirasi Kita Semua

Sebab, menurut tradisi, anak perempuan harus tinggal di rumah sejak usia 12 tahun hingga menikah.

Meski tak lagi bersekolah, tapi keinginan Kartini melanjutkan pendidikan sangat kuat.

Ia pun tak pernah berhenti belajar, membaca dan menulis.

Bahkan, di masa itu, Kartini turut berperan membangun kemandirian para perempuan, dengan mengajar membatik para abdi dan gadis-gadis kecil, hingga membuka sekolah kerajinan putri di kabupaten khusus putri bangsawan kota itu.

Bersama kedua saudaranya, RA Kardinah dan RA Rukmini, Kartini menjalankan sekolah kerajinan tersebut.

Dalam periode tahun 1896 hingga 1903, RA Kartini menuangkan pemikirannya dalam tulisan yang dimuat di majalah perempuan di Belanda.

Di majalah De Hoandsche Lelie, De Nederlandasche, De Gida dan Soerabainsche Nieus Handelsblad, tulisan-tulisan Kartini dipublikasikan secara luas.

Dia juga berkirim surat dengan teman-temannya dari Belanda, salah satunya Abendanon.

Saat Kartini sudah menikah, perjuangannya membela hak-hak perempuan terus berjalan dan bahkan direstui sang suami, KRM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat.

Kartini meninggal pada usia muda, 25 tahun, empat hari setelah melahirkan anak pertamanya pada 17 September 1904.

GridPop.ID (*)