"Pada akhirnya mama dan ayah dua-dua bilang oke," kata Arma.
Sementara itu, berbeda dengan pihak keluarganya, pihak keluarga sang suami menurutnya justru lebih dahulu memberikan restu.
Awal perkenalan Arma dan Park Sang Hyeok
Kepada Serambinews.com, Arma menceritakan dirinya pertama sekali bertemu dengan sang suami saat sedang melakukan riset penelitian untuk program magisternya di Pohang University of Science and Technology (Postech), Pohang, Provinsi Gyeongbuk, Korea Selatan.
Arma dan suami saat diketahui sama-sama mengambil program magister di jurusan yang sama, yaitu Teknik Lingkungan (Environmental Science and Engineering).
"Itu di akhir 2017. Saya lagi sibuk penelitian untuk thesis. Si Oppa baru selesai wajib militer (Wamil). Terus masuk ke lab di bagian saya," ungkap Arma.
Arma mengatakan, saat itu Park Sang Hyeok yang masih berstatus sebagai mahasiswa S2 mendapat tawaran menjadi peneliti di laboratorium tersebut.
Hal itu karena sang suami terlambat mengurus berkas administrasi untuk program magisternya.
Namun karena kemampuannya di bagian enginering service yang diperoleh dari Wamil, ia pun diminta oleh profesor mereka untuk menjadi peneliti sementara di laboratorium.
"Jadi penelitian saya, di lab itu belum pernah ada yang ngerjain. Profesornya saya waktu itu ngasih tentang elektrogenesis, yang bener-bener tentang bio chemical system,"
"Jadi saya tanya ke senior, ga ada yang ngerti. Kebetulan satu senior nyuruh saya tanya ke si Oppa," cerita gadis kelahiran Melaboh, 17 Oktober 1992 itu.
Sejak saat itulah, Arma dan Park Sang Hyeok sering bertemu. Park Sang Hyeok pun sering membantu Arma setiap kali ia mendapat kesulitan.
"Jadi deketnya itu memang gara-gara riset. Dia itu ngebantu banget. Dari bikin reaktor, diajarin ini itu. Sampai jam 2 malem reaktor ga jalan, Aku telpon dia, jam 2 malem dia mau balik ke lab," tutur Arma.
GridPop.ID (*)