GridPop.ID - Soekarno merupakan presiden pertama Indonesia. Ia dilantik pada 18 Agustus 1946 di Gedung Cuo Sangi In, sekarang bernama Gedung Pancasila.
Alasan Soekarno diangkat sebagai Presiden Indonesia adalah karena ia dipilih secara aklamasi oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Soekarno dianggap memiliki karakter pemimpin yang memang dibutuhkan oleh masyarakat pada masa perjuangan.
Soekarno pun terus menjabat sebagai presiden sampai tahun 1967.
Berikut ini adalah ucapan Bung karno dari penggalan pidato-pidato kenegaraanya pada tiap 17 Agustus sejak 1946 hingga 1966.
MARILAH kita menjadi rakyat yang gemblengan! Jangan Lembek! segenap jiwaku, segenap rohku, memohon kepada Tuhan, supaya bangsa Indonesia menjadi satu bangsa yang menjadi penjaga persaudaraan dunia dan kesejahteraan dunia. Suatu bangsa yang kuat, yang ototnya kawat dan balungnya wesi, yang di dalam tubuhnya bersarang jiwa yang terbuat dari zat yang sama dengan zatnya halilintar dan guntur !(Pidato 17 Agustus 1946: Sekali Merdeka Tetap Merdeka!)
RAWE-RAWE rantas, malang-malang putung! Kita tidak mau. Dua kita melawan! Sesudah Belanda menggempur..... mulailah ia dengan politiknya devide et impera, politiknya memecah belah ..... maka kita bangsa Indonesia bersemboyan bersatu dan berkuasa !(Pidato 17 Agustus 1947: Rawe-Rawe Rantas, Malang-Malang Putung!)
MENGALIRLAH terus, hai Sungai, mengalirlah terus menuju Lautan Merdeka, – terus – meski ada rintangan dan halangan bagaimanapun juga. Patahkan semua rintangan itu, dadalkan semua halangan yang mengadang di jalanmu. Lautan Indonesia Merdeka pasti nanti tercapai.Jangan berhenti, sebab, sebagaimana dikatakan oleh seorang pujangga: dengan mengalir terus menuju Lautan, engkau setia kepada Sumbermu. (Pidato 17 Agustus 1948: Seluruh Nusantara Berjiwa Republik)
SEGALA pekerjaan-pekerjaan yang besar di dunia ini, segala perjuangan yang mulia, hanyalah dapat dijalankan dengan uletnya tekad semangat elang-rajawali.Hidupkan, hidupkan – semangat elang rajawali itu, dan kamu sekalian, kita sekalian akan merdeka, MERDEKA di dalam arti yang seluas-luasnya!(Pidato 17 Agustus 1949: Tetaplah Bersemangat Elang Rajawali)
HANYA dengan penyerahan tenaga yang bersatu-padu itulah, pengerahan tenaga habis-habisan, pengerahan tenaga mati-matian, yang diperguna-kan secara rasionil untuk pembangun produksi, beserta dengan kegembiraan bekerja yang segembira-gembiranya, maka dapatlah kita merintis jalan yang menuju kemakmuran rakyat. Karena itu sekali lagi, berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat.(Pidato 17 Agustus 1950: Dari Sabang Sampai Merauke)
HAI bangsa Indonesia, jangan jadi satu bangsa yang segan akan kerja. Jangan jadi satu bangsa yang hanya mau senang-senang saja. Jangan mengira sesuatu bangsa bisa menjadi bangsa yang muda, hanya karena ia mencintai kesenangan saja, "een volk wordt niet verjongd doordat men het de aanbidding van het genot leert", demikianlah ujar Mazzini, pemimpin-nasional Italia. Sungguh camkanlah sekali lagi hukum-pasti dari sejarah itu: tiada kesenangan zonder kerja, tiada kemakmuran zonder keringat.(Pidato 17 Agustus 1951: Capailah Tata Tentram Kerta Raharja)
MENJADILAH kita satu bangsa yang penuh dinamik, satu bangsa yang "iyeg rumagang hing gawe", satu bangsa yang tidak dengki-mendengki satu sama lain, satu bangsa yang "tebih saking cecengilan, adoh saking laku juti". Menjadilah Negara kita Negara yang memenuhi segala harapan-harapan kita yang masih hidup, dan harapan-harapannya kawan-kawan kita yang telah mati. Menjadilah rakyat Indonesia rakyat yang makmur, sebab ia mengerti dan menindakkan, bahwa kemakmuran hanyalah menjelma jika dipanggil dengan panggilannya, gawe.(Pidato 17 Agustus 1952: Harapan dan Kenyataan)
JIWA Merdeka itu, Jiwa yang tak segan bekerja dan memberi. Jiwa dinamis yang bisa berdiri sendiri di atas kaki sendiri dari hasil usaha sendiri – bukan jiwa yang meminta, merintih, mengemis saja ke kanan dan ke kiri, sambil bermimpi dapat mencapai derajat-penghidupan yang makmur dengan seboleh-bolehnya tidak bekerja samasekali.Kita tidak hidup di alam impian, kita hidup di alam kenyataan. Kita tidak hidup di alam sorga, kita hidup di alam dunia.(Pidato 17 Agustus 1953: Jadilah Alat Sejarah)
BERIKANLAH jiwa-ragamu dengan mutlak! Jangan setengah-setenguh! Yang setengah-setengah tidak akan mendapat padi segegam, yang mutlak akan mendapat dunia.Vivekananda pernah berkata, bahwa sesuatu bangsa yang tenggelam hanyalah dapat diangkat oleh orang-orang yang jiwanya terbuat dari zatnya petir dan zatnya guntur.Terjunlah ke dalam lautan-bakti itu dengan jiwa yang terbuat dari zatnya petir dan zatnya guntur! Moga-moga Tuhan selalu beserta kita!(Pidato 17 Agustus 1954: Berirama dengan Kodrat)
NYALAKANLAH lagi Api-Keramat itu manakala ia hampir padam, kobarkanlah nyalanya manakala ia masih menyala! Api-Keramat inilah yang membuat kita berani mengeluarkan Proklamasi 17 Agustus 1945, Api-Keramat inilah yang membuat kita berani mengadakan Revolusi, Api-Keramat inilah yang membuat kita mampu bertahan sepuluh tahun. Api-Keramat inilah yang akan membawa kita ke tempat tujuan, biar berapa jauh pun tempatnya tujuan itu,(Pidato 17 Agustus 1955: Tetaplah Terbang Rajawali)
MEREKA, mereka, rakyat jelata yang berpuluh-puluh juta, mereka rakyat jelata di kota-kota dan di desa-desa, mereka rakyat jelata di gubuk-gubuk dan di pinggir sungai, mereka Rakyat jelata dari Sabang sampai Merauke, merekalah pembuat Revolusi, merekalah motor Revolusi, merekalah Revolusi!(Pidato 17 Agustus 1956: Berilah Isi Kepada Hidupmu!)
"ITULAH kiprahnya tiap-tiap revolusi! Tetapi revolusi juga barulah benar-benar revolusi, kalau ia terus-menerus berjuang. Bukan saja berjuang ke luar menghadapi musuh, tetapi berjuang ke dalam memerangi dan menundukkan segala segi-segi negatif yang menghambat atau merugikan jalannya revolusi itu.(Pidato 17 Agustus 1957: Satu Tahun Ketentuan)
KEBESARAN dan kebahagiaanmu tidak lagi di tangan keluhuranmu yang telah mangkat, kebesaran dan kebahagiaanmu adalah di dalam tanganmu sendiri, dan itu pun: di dalam tanganmu sendiri yang berjuang, di dalam tanganmu yang menyala-nyala dengan apinya cipta. Sebab hanya tangan yang demikian itulah tangan yang diberkahi Tuhan!(Pidato 17 Agustus 1958: Tahun Tantangan)
Baca Juga: 20 Quotes dari Soekarno Tentang Semangat Kemerdekaan, Cocok Buat Unggah Status di Media Sosial!
BERANI menerima bahwa kesulitan-kesulitannya tidak akan lenyap dalam satu malam, dan berani pula menyingkilkan lengan bajunya untuk memecahkan kesulitan-kesulitan itu dengan segenap tenaganya sendiri dan segenap kecerdasannya sendiri. Sebab bangsa yang demikian itu, – bangsa yang berani menghadapi kesulitan-kesulitan dan mampu memecahkan kesulitan-kesulitan -, bangsa yang demikian itu menjadi bangsa yang gemblèngan(Pidato 17 Agustus 1959: Penemuan Kembali Revolusi Kita)
PANTAS kita bangga atas Proklamasi itu, karena kita telah menjadi pengambil inisiatif (initiatiefnemer) daripada pernyataan-pernyataan kemerdekaan di lain-lain negeri di Asia, seperti di India, di Pakistan, di Burma, di Vietnam, di Filipina dan lain-lain, yang semuanya menyatakan kemerdekaannya sesudah Proklamasi kita itu.(Pidato 17 Agustus 1960: Laksana Malaikat yang Menyerbu dari Langit, Jalannya Revolusi Kita)
PIMPINAN Nasional harus menanam dasar-dasar kebangsaan dan dasar-dasar kenegaraan, dan harus memimpin pelaksanaan daripada dasar-dasar Kebangsaan dan Kenegaraan itu sampai tercapailah cita-cita nasional, – kecuali jikalau ia ndléwér, kecuali jikalau ia menyeléwéng, kecuali jikalau ia durhaka dan khianat. Jikalau ia ndléwér, jikalau ia nyeléwéng, jikalau ia khianat, haruslah ia ditendang mentah-mentah oleh revolusi(Pidato 17 Agustus 1961: Revolusi–Sosialisme Indonesia–Pimpinan Nasional {Resopim})
REVOLUSI Indonesia, kataku tempohari, adalah "congruent dengan social conscience of man", "Kongruen dengan budi-nurani kemanusiaan", dan sekarang nyata benar bahwa revolusi Indonesia itu sungguh-sungguh mempunyai suara yang mengumandang keempat penjuru dunia", revolusi Indonesia mempunyai Universal Voice, Revolusi Indonesia mempunyai Suara Sejagad!(Pidato 17 Agustus 1962: Tahun Kemenangan)
DAN adakah sesuatu bangsa yang dapat meneruskan Revolusinya dan menyelesaikan Revolusinya, jika ia tidak mempunyai kepercayaan kepada diri sendiri? tidak mempunyai kesadaran tentang kemampuan-kemampuan diri sendiri? Sesuatu bangsa yang tidak mempunyai kepercayaan kepada diri sendiri, tidak dapat berdiri langsung.(Pidato 17 Agustus 1963: Genta Suara Revolusi Indonesia {Gesuri})
REVOLUSI adalah perjuangan, perjuangan, sekali lagi perjuangan, perjuangan yang bersayap razende inspiratie, perjuangan yang berkendaraan gegap-gempitanya aksi rakyat untuk memecahkan kesulitan-kesulitan yang merintang di tengah jalan, perjuangan yang akhirnya mencapai kemenangan-akhir yang gilang-gemilang, yaitu terlaksananya amanat penderitaan rakyat.(Pidato 17 Agustus 1964: Tahun Vivere Pericoloso)
TIDAK ada di dunia ini revolusi jiplakan. Setiap revolusi mesti orisinil. Kalau ada revolusi jiplakan, revolusi begitu itu pasti gagal. Inilah sebabnya aku selalu menghargai kaum yang kreatif, yang punya ide-ide yang berani, yang punya fantasi yang menyundul langit, yang tahu melahirkan konsepsi-konsepsi yang baik.(Pidato 17 Agustus 1965: Tahun Berdikari)
Baca Juga: Semarakan HUT RI ke-78, Inilah Quotes dari Soekarno yang Penuh Makna dan Semangat Juang
JANGAN sekali-kali meninggalkan sejarah, never leave history! Jangan sekali-kali meninggalkan sejarahmu sendiri – never, never leave your own history.(Pidato 17 Agustus 1966: Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah {jasmerah})
Pidato 17 Agustus 1966 berjudul “Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah (Jasmerah)” adalah pidato kenegaraan terakhir Soekarno karena ia harus melepaskan kekuasaanya pada 22 Februari 1967 kepada Jenderal Soeharto.
GridPop.ID (*)
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.ID dengan judul 'Ini Ucapan-ucapan Penyemangat dari Bung Karno dalam Pidato 17 Agustus Sejak 1946 Hingga 1966'