GridPop.ID - Di wilayah Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, pernah berdiri sebuah kerajaan yang dikenal sebagai Kerajaan Marusu.
Sosok bernama Karaeng Loe Ri Pakere yang mendirikan Kerajaan Marusu pada abad ke-15.
Rakyat pada Kerajaan Marusu merupakan orang-orang suku Bugis dan Suku Makassar.
Semasa berdiri, Kerajaan Marusu berperan penting sebagai salah satu pusat penyebaran Islam di Sulawesi Selatan. Berikut ini sejarah Kerajaan Marusu.
Berdirinya Kerajaan Marusu
Raja pertama dari Kerajaan Maros adalah Tomanurung Karaeng Loe Ri Pakere, yang mendirikan sekaligus memimpin Kerajaan Marusu pada 1471.
Mengacu pada Lontara Patturioloanna To Marusu’ka, Karaeng Loe Ri tidak memiliki keturunan dan nama istrinya juga tidak diketahui.
Akan tetapi di dalam lontara tersebut dituliskan bahwa Loe Ri memiliki seorang putri angkat yang bergelar Tomanurung Ri Pasandang.
Tomanurung Ri Pasandang ini kemudian dinikahkan dengan seorang tomanurung lain dari daerah Luwu, yang bergelar Tomanurung Ri Asa’ang.
Dari pernikahan tersebut mereka dikaruniai seorang putra yang bernama I Sangaji Ga’dong, yang kelak saat dewasa naik tahta menjadi Karaeng Marusu II, menggantikan kedudukan sang kakek, Karaeng Loe Ri.
Diserang Kerajaan Gowa
Sekitar tahun 1510-1546, Kerajaan Marusu mendapat serangan dari Karaeng Tumapa’risika Kallonna, Raja Gowa IX, yang kala itu sedang memperluas ekspansinya.
Awalnya, para laskar Kerajaan Marusu berhasil membendung serangan tersebut, sehingga para laskar Kerajaan Gowa pulang dengan tangan kosong.
Namun, dalam serangan berikutnya, laskar Kerajaan Marusu mengalami kesulitan menghadapi serangan dari Kerajaan Gowa.
Demi menyelamatkan kerajaannya, Karaeng Loe Ri bersedia menandatangani traktat persahabatan dengan Kerajaan Gowa, sehingga mereka resmi bersekutu.
Kendati demikian, Kerajaan Marusu memutuskan menyerang Kerajaan Gowa.
Saat itu, Kerajaan Marusu sedang dipimpin oleh Raja Marusu IV, yaitu I Mappasomba Dg Nguraga Karaeng Patanna Langkana Tumenanga Ribuluduayya.
Adapun hal yang menyebabkan Raja Marusu IV berbalik menyerang Kerajaan Gowa karena iparnya, yaitu I Mangngayoang Berang Kareang Pasi (Raja Tallo III), suami dari adik Raja Marusu IV bernama I Pasilemba To Mammalianga Ri Tallo berperang melawan Gowa.
Oleh sebab itu, atas dasar kekeluargaan, Raja Marusu IV memutuskan ikut menyerang Kerajaan Gowa.
Pertempuran berlangsung selama beberapa saat, sebelum mereka mengakhirinya dengan cara damai.
Perdamaian mereka diwujudkan dengan lahirnya sumpah yang berbunyi, “Iya iyanamo ampasiewai Gowa na Tallo iyamo ricalla Dewata”, yang berarti “Barang siapa yang memperselisihkan Gowa dan Tallo akan dikutuk oleh Yang Maha Pencipta”.
Raja-raja Kerajaan Marusu
- Karaeng Loe Ri Pakere (Karaeng Marusu' Ke-I)
- Karaengta Barasa Sultan Muhammad Ali (Karaeng Marusu' Ke-VI)
- Kare Yunusu Sultan Muhammad Yunus (1700)
- La Mamma Daeng Marewa Matinroe Ri Samangki (1723 - 1779)
- Andi Abdul Latifu Daeng Mattana Matinroe (1779 - 1827)
- La Mappalewa Daeng Mattayang (1827 - 1854)
- Andi Mannyandari Daeng Paranreng Matinroe ri Campagae (1855)
- Andi Mallawakkang Daeng Pawello Matinroe Ri Kuri (1856-1886)
- Andi Surulla Petta Lopo Matinroe Ri Bundu'na (1886 - 1889)
- I Mappasossong Daeng Pabundu (1889 - 1892)
- I Pake Daeng Masiga (1892 - 1932)
- Abdul Hafid Daeng Ma'ronrong (1923 - 1944)
- Andi Muhammad Tajuddin Daeng Masiga (1944 - 1963)
Asal-usul kata Marusu
Ada beberapa pendapat yang mengemukakan tentang asal-usul kata Marusu.
- Versi pertama
Versi pertama menyebutkan bahwa kata Marusu berasal dari kata A’maru atau Appa’Maru, yang artinya dimadu atau memadu beberapa istri.
Sebab, konon, pada zaman dahulu, putri Maros kerap dimadu oleh raja dari daerah lain atau dari daerah Maros itu sendiri.
- Versi kedua
Selanjutnya, dijelaskan bahwa kata Marusu berasal dari bahasa Makassar, rusung, dan atau bahasa Bugis, marusung, yang artinya suatu keadaan yang sederhana, baik sebagai individu atau kelompok masyarakat.
- Versi ketiga
Pada versi ketiga dijelaskan bahwa kata Marusu berasal dari kata Maroso, yang merupakan nama seseorang pemilik kedai yang letak kedainya tepat berada di tengah daerah Maros.
Konon, kedai tersebut menjadi tempat persinggahan kafilah ke dan dari Bone ke Gowa atau sebaliknya.
Para kafilah yang kerap melintas pun sering berbincang mengenai tempat mereka beristirahat, yang mereka sebut “Maroso”, sehingga berawal dari nama pemilik kedai inilah kemudian berkembang menjadi nama daerah Kota Maroso atau Marusu atau Maros.
Referensi:
- Harun, Andi Fahry Makkasau. (1990). Kerajaan-kerajaan di Maros dalam Lintas Sejarah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
- Asmuliany, A. A.A. Amali. (2019). Eksistensi Balla Lompoa Karaeng Marusu sebagai Warisan Arsitektur Bugis Makassar di Kabupaten Maros. Jurnal Linears.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sejarah Kerajaan Marusu"
GridPop.ID (*)