“Ini bahkan tidak dapat menutupi cicilan rumah saya selama satu bulan, serta tagihan gas dan listrik,” kata Ken Lau, ayah dari satu anak di kota yang terkenal mahal itu.
Hongkong memiliki biaya hidup yang tinggi sehingga memengaruhi keinginan penduduknya memiliki keturunan.
Menurut Midland Realty, sebuah agen real estate di Hongkong, rata-rata sewa bulanan untuk sebuah flat seluas 500 kaki persegi dengan dua kamar tidur di kota tersebut adalah sekitar 2.253 dollar AS, sekitar Rp 35 juta.
Jumlah tersebut akan menghabiskan lebih dari 90 persen uang yang dijanjikan pemerintah.
Profesor Paul Yip Siu-fai, yang mempelajari kesehatan masyarakat di Universitas Hongkong, mengatakan pemberian uang tunai satu kali saja tidak akan mengatasi masalah keuangan jangka panjang orangtua.
“Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam melahirkan anak, yaitu bagian sebenarnya dari melahirkan, kemudian membesarkannya, dan kemudian mendidiknya,” ujarnya.
Dia berpendapat, pemerintah perlu berbuat lebih banyak untuk membantu orangtua dalam tahap kedua secara bertahap.
Misalnya mendorong lingkungan kantor yang ramah orangtua dengan menawarkan pola shift yang fleksibel.
“Melahirkan seharusnya bukan urusan orang tua saja. Ini harus menjadi tanggung jawab masyarakat,” kata Yip.
Hongkong bukan satu-satunya negara di Asia yang menawarkan uang bagi penduduknya untuk bereproduksi.
Hal serupa telah dilakukan oleh pemerintah Singapura, Korea Selatan dan Jepang dengan jumlah uang yang lebih besar.