Salah satu keunikan Candi Minak Jinggo adalah batuan penyusunnya, yang terdiri dari kombinasi batuan andesit dan batu bata merah.
Hal itu tidak lazim bagi candi peninggalan Kerajaan Majapahit di Trowulan, yang umumnya terbuat dari batu bata merah saja.
Selain itu, Candi Minak Jinggo memiliki banyak relief. Setidaknya ada 64 panel yang menggambarkan banyak hal.
Relief Candi Minak Jinggo ada yang menceritakan tentang fabel berjudul Tantri Kamandaka, Panji Kuda Semirang, kehidupan masyarakat sehari-hari, pola permukiman, lanskap dan pedesaan.
Apa fungsi Candi Minak Jinggo?
Fungsi Candi Minak Jinggo adalah sebagai tempat pemujaan para raja dan kerabat Kerajaan Majapahit.
Meski bentuk utuh candi ini tidak diketahui, berdasarkan fungsinya dapat diperkirakan bahwa bangunannya cukup tinggi.
Perkiraan fungsi candi dikuatkan dengan temuan arca-arca dewa di lokasi reruntuhan candi. Arca-arca yang pernah ditemukan di antaranya arca Dewi Sri, Dewi Laksmi, dan arca Garuda atau Garuda Wisnu.
Pada masa Raffles, situs Candi Minak Jinggo masih disakralkan karena ditemui banyak masyarakat yang melakukan ritual di depan arca Garuda.
Hingga kini, masih banyak wisatawan dari dalam maupun luar daerah yang mendatangi situs untuk bersemedi.
Sebagai salah satu upaya pelestarian, Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur membuat atap pelindung.
Selain itu, sebagian arca serta komponen candi dipindah ke Museum Majapahit. Upaya pelindungan hukum juga dilakukan, yakni dengan menetapkan Candi Minak Jinggo sebagai cagar budaya sejak 21 Juli 1998.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sejarah Candi Minak Jinggo di Mojokerto"
GridPop.ID (*)