Christine Baumgartner, seorang pelatih kencan dan hubungan di The Perfect Catch, menjelaskan bahwa seseorang yang menggunakan metode slow fade cenderung tidak memiliki keberanian untuk secara tegas menyatakan keinginan untuk berpisah.
Meskipun terdengar mirip dengan ghosting, slow fade dianggap sebagai pendekatan yang lebih lembut.
Akan tetapi, dianggap sebagai cara yang paling merugikan alias toxic untuk mengakhiri suatu hubungan.
Slow Fade Menyepelekan Orang Lain
Salah satu alasan mengapa slow fade dianggap sebagai cara putus yang sangat menyakitkan adalah tindakan ini dianggap merendahkan atau meremehkan pihak lain.
Dengan slow fade, kamu akan merasa seolah masih berkencan dengan seseorang yang sebenarnya sudah menganggap hubungan berakhir dan tidak pernah menghubungimu.
Jika seseorang menanyakan status hubunganmu dan kamu tidak dapat memberikan jawaban yang pasti, hal ini bisa menjadi pengalaman memalukan.
Keadaanmu dibiarkan dalam kebingungan, dan kamu akan terus bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Berbeda dengan ghosting, yang mungkin terasa menyakitkan, setidaknya kamu tahu secara jelas bahwa pasanganmu memiliki niat untuk mengakhiri hubungan.
Sedangkan pada slow fade, hal ini tidak terjadi.
Mungkin kamu membutuhkan beberapa hari atau bahkan beberapa pekan untuk dapat mengidentifikasi bahwa hubungan cintamu telah berakhir.