Find Us On Social Media :

Ditinggal di Mal Saat Kontraksi, Istri Sah Bongkar Perselingkuhan Suami dengan Sesama Rekan Dokter Koas

By Veronica S, Rabu, 3 Januari 2024 | 11:15 WIB

Mirisnya, isu perselingkuhan yang dilakukan sesama dokter koas tersebut dilakukan saat istri sah sedang hamil besar.

Jika dilihat dari sudut pandang psikologi, lantas apa yang membuat korban perselingkuhan berani speak up (bicara) ke media sosial?

"Ini bisa terjadi karena mereka (korban perselingkuhan) sudah tidak dapat menahan rasa sakit hati yang dialami dan butuh penyaluran atas emosinya tersebut sehingga salah satu cara menyalurkannya dengan membagikan apa yang mereka alami ke media sosial," jelas psikolog klinis yang berbasis di Jakarta, Ikhsan Bella Persada, M. PSi. saat dihubungi Kompas.com, Selasa (2/1/2024).

Ia menambahkan, ada kemungkinan menyebarkan perselingkuhan di media sosial juga disebabkan oleh korban yang merasa tidak mengalami hal ini sendirian.

Ketika melihat banyaknya dukungan yang mengarah pada korban, korban lainnya dapat merasa memiliki penguatan (reinforcement) untuk turut menyebarkan masalah serupa ke media sosial.

"Tindakan korban menyebarkan bukti-bukti di media sosial ini bisa saja menjadi tujuan untuk memberikan sanksi sosial agar pelaku jera, terutama pada pelaku yang sudah melakukan perselingkuhan beberapa kali," lanjut Ikhsan yang juga berprofesi sebagai psikolog di Binus University, Jakarta tersebut.

Meski begitu, perilaku menyebarkan aib ini pun tidak bisa dinilai benar atau salah lantaran kita tidak tahu pasti apa yang dialami oleh korban.

Namun, yang perlu diperhatikan adalah ketika mengambil tindakan ini dengan keputusan yang emosional, dikhawatirkan dapat menjadi bumerang ke diri sendiri.

Dalam hal ini, mengumbar kasus perselingkuhan ke media sosial juga bukan menjadi jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah internal dalam hubungan.

Sebab, ketika perselingkuhan terbongkar dan banyak pihak yang mengetahui, mereka yang terlibat dapat mengalami guncangan hebat.

Tak jarang, masalah yang dihadapi bisa semakin besar dan runyam, serta situasi menjadi sulit untuk dikendalikan.

"Satu hal yang perlu diperhatikan adalah tidak semua orang di media sosial akan berempati dengan yang kita alami," tutupnya.

GridPop.ID (*)