Bahkan dosisnya terus bertambah. Dari yang awalnya setengah pil menjadi satu pil kemudian menjadi 1,5 pil dan akhirnya menjadi dua pil pada suatu malam.
Saat mengonsumsi dua pil Xanax, Marshanda mulai merasa curiga karena dia justru sama sekali tidak bisa tidur.
"Sempat terakhir banget minum dua pil dalam satu malam enggak bisa tidur sampai jam 6 pagi," kata Marshanda.
"Malam itu juga gue memutuskan enggak akan minum lagi, karena merasa ada yang salah, langsung dong gue stop," imbuhnya.
Setelah berhenti mengonsumsi Xanax secara tiba-tiba, Marshanda mulai merasakan sikapnya berubah. Hal itu juga dirasakan oleh orang-orang disekitarnya.
"Gue enggak tahu juga kenapa jadi pemarah, kenapa jadi gampang sensitif, jadi kayak gampang irritable, marah-marah, gampang konflik," ucap Marshanda.
"Keluarga gue dan orang-orang di lokasi syuting lihat, (mereka) khawatir. Akhirnya gue dibawa lah ke psikiater itu," imbuhnya.
Waktu itu Marshanda tak tahu bahwa kondisinya bisa jadi merupakan efek dari berhenti mengonsumsi Xanax secara tiba-tiba, sehingga saat konsultasi dengan psikiater untuk pertama kali dia hanya bercerita tentang kehidupannya.
"Gue bilang aja ke psikiater masalah sehari-hari, ngalor ngidul. Gue enggak tahu bahwa yang harus gue share adalah minum Xanax satu tahun dan berhenti mendadak, harusnya ngomong gitu," tutur Marshanda.
"Mungkin kalau ngomong gitu, psikiater ini akan bilang 'kamu mengalami gejala withdrawal dari Benzodiazepin,'" imbuhnya.
Akhirnya dengan semua gejala yang disebutnya mirip, Marshanda didiagnosa mengalami depresi mayor dan bipolar disorder.