Beberapa anak bisa mengalami fatherless karena kedua orangtuanya yang terlalu sibuk.
Kesibukan bekerja membuat sulit bagi ayah untuk terlibat secara aktif dalam pengasuhan.
“Faktor orangtua yang fly in fly out, terlalu sibuk, misal berapa hari sekali baru bisa pulang menjadikan secara teknis lebih dulit terlibat dalam pengasuhan. Sementara saat sudah pulang tidak ada komitmen untuk mengganti hari-hari yang hilang,” paparnya.
Diana menyatakan bahwa kondisi ini bisa disebabkan oleh kurangnya pemahaman ayah dalam cara yang baik untuk mengasuh anak.
“Fatherless karena tidak tahu cara mengasuh anak, tidak ada model yang bisa ditiru dan tidak ada ilmunya,”ucapnya.
Kurangnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak dapat menimbulkan berbagai dampak, antara lain:
1. Kesulitan dalam membentuk identitas gender dan peran seksual.
2. Penurunan kinerja akademis anak.
3. Kesulitan penyesuaian psikososial anak.
4. Kontrol diri rendah dan rendahnya harga diri anak.
Diana menyoroti bahwa kurangnya keterlibatan ayah dapat menyebabkan anak mengalami ketidakmatangan emosional, yang dapat berdampak pada masalah internalisasi seperti kecemasan dan depresi, serta perilaku eksternalisasi seperti kontrol diri rendah, perilaku berlebihan, dan agresi.
5. Risiko munculnya psikopatologi pada anak.
(*)