"Setelah kondisi tersebut, saya tanggal 6 Mei kemarin ke klinik terdekat, lantas itu saya meminta rujukan ke rumah sakit ke poli kandungan," imbuhnya.
Di poli tersebut, Rusyani harap-harap cemas kala dokter menyarankan untuk melakukan prosedur USG.
Seusai melakukan prosedur itu, seketika itu juga dunia Rusyani seakan runtuh. AS dinyatakan telah hamil lima bulan.
"Akhirnya saya pulang dengan tanya menanya dengan keluarga semua sampai 7 orang, dimana dia (pelaku). (Korban) nunjukkin sekolah pakai bahasa isyarat," kata Rusyani.
R kemudian mendatangi pihak sekolah setelah mengetahui jika pelaku merupakan teman kelas anaknya.
"Tanggal 8 Mei saya menemui kepala sekolah dan dia enggak mau nemuin kami ke wali kelas anak saya. Alasannya takutnya shock karena enggak ngasih informasi sebelumnya," kata Rusyani.
"Saya bilang lebih shock mana saya selaku orang tua korban, masa depan anak saya hancur. Saya mesti kehilangan segalanya," lanjutnya.
Saat bertemu, wali kelas menduga pelaku memiliki ketertarikan terhadap seks.
R menilai, pihak sekolah tidak membantu dalam kasus ini. Menurut dia, pihak sekolah malah menduga kejadian pencabulan itu di rumahnya.
"Malah asumsinya (pihak sekolah) siapa tahu omnya, siapa tahu bapaknya, siapa tahu lingkungan," ungkap Rusyani.
"Kami ke sini berkat pengakuan (sang anak) di sekolah. Bukan karena saya berasumsi," jelas dia.
Rusyani berharap pihak sekolah mau memberikan solusi dan tanggung jawab usai kejadian ini.
"Karena anak saya dibilang perlu pendidikan ekstra, tapi pada kenyataannya ini kan kelalaaian semua guru. Saya mohon penyelesaiannya sampai ke jalur hukum," imbuh Rusyani.
GridPop.ID (*)