Gridpop.id - Salah satu ikon Kota Jakarta yang tak kalah menarik adalah Pasar Kue Subuh Senen adalah
Pecinta kuliner dapat dengan mudah menemukan segala jenis kue pasar yang dijajakan dengan cita rasa berlimpah, dengan harga mulai dari Rp 500 hingga Rp 4.000 per kue.
Surga kuliner ini juga menyediakan kue untuk hantaran atau acara resmi.
Sebut saja tart, lapis legit, bolu marmer, hingga roti buaya, semua tersedia.
Sejarah pasar ini bermula ketika Elkana Tju bersama keempat rekannya menggagas lapak kue di area pinggiran Pasar Senen pada tahun 1988.
"Jadi waktu itu mereka berlima dagang hanya untuk memenuhi kebutuhan kue bagi warga Senen dan sekitarnya," ujar Property Management Coordinator for Trade Centre PT Jaya Real Property Tbk, Pengelola Pusat Perdagangan dan Grosir Senen Jaya, Shindu Hariyadi Wibisono.
Pada waktu itu hanya ada sekitar lima meja lapak yang berjejer sejak pukul 02.00 WIB hingga 08.00 WIB pagi.
Namun semakin lama, banyak orang yang mulai ikut berdagang.
Jumlah lapak pun bertambah hingga mencapai 50 pedagang.
"Sampai pada tahun 1991, Elkana mengajukan izin ke pengelola Pasar Senen Blok 4 untuk menggunakan area parkir sebagai area dagang kue subuh," terang Shindu.
Pasar Kue Subuh Senen adalah usaha rakyat yang dimungkinkan tumbuh oleh kebutuhan kota besar.
Pasar ini menjual beragam kue basah dan jajanan pasar.
Pasar Kue Subuh Senen adalah usaha rakyat yang dimungkinkan tumbuh oleh kebutuhan kota besar. Pasar ini menjual beragam kue basah dan jajanan pasar.
Kemudian, setelah secara resmi menempati area tersebut, perkembangan Pasar Kue Subuh Senen semakin meningkat.
Luas pasar bertambah menjadi 1.760 meter persegi serta dapat menampung sekitar 700 lapak. Perkembangan pasar juga disebut luar biasa.
Ini karena pelanggan yang datang bukan hanya dari Jakarta, namun juga dari beberapa kawasan penyangga ibu kota seperti, Bekasi, Depok, Bogor (Jawa Barat), Tangerang hingga Cilegon (Banten).
Sedikitnya 500-700 pengunjung datang dengan nilai transaksi mencapai Rp 600 juta hingga Rp 800 jutaan per malam.
Baca Juga : Tinggal di Gang Sempit, Ilham Kaget Ditagih Tunggakan Pajak Ferarri Sebesar Rp69 Juta!
Meski populer dengan sebutan Pasar Subuh, namun jam operasionalnya berubah sejak tahun 1995. Masyarakat dapat menikmati jajanan favorit di tempat ini mulai pukul 19.00 WIB malam hingga 06.00 WIB pagi.
“Sesi pertama, jam 7 malam sampai 2 pagi biasanya yang beli sebagian besar adalah grosir atau reseller dari area Jabodetabek," tutur Sindhu.
Sementara pukul 02.00 WIB sampai 06.00 WIB pagi, pasar ini melayani pembeli menengah dan kecil seperti pengusaha Katering dan ibu-ibu rumah tangga yang sedang menggelar hajatan di rumah atau kantor.
Revitalisasi dan Festival Pasar Senen Meski mencatat sejarah cukup panjang, perjalanan Pasar Kue Subuh Senen tak selalu senikmat rasa kuenya.
Artinya, para pedagang juga mengalami pasang surut. Penyebabnya rupa-rupa, mulai dari kebakaran hingga kian ramainya sentra kue subuh baru di beberapa kawasan di Jakarta.
Terakhir, pasar ini mengalami kebakaran pada tahun lalu.
Kebakaran terjadi di Pasar Senen Blok 1 dan 2. Akibatnya, pedagang pasar harus pindak ke Blok 4 dan 5. Area parkir yang kurang mencukupi hingga pungutan liar terkadang juga menjadi tantangan pengelola pasar.
Untuk mengembalikan kejayaan dan pamor Pasar Senen seperti tahun 1990-an, pengelola berencana merevitalisasi kawasan ini menjadi pusat pertumbuhan ekonomi, seni, budaya, kuliner, dan gaya hidup urban Jakarta.
Shindu menegaskan, revitalisasi Kawasan Pasar Senen merupakan program strategis yang melibatkan sinergi antara berbagai stakeholders, mulai dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Pemerintah Kota Jakarta Pusat, konsultan, lembaga swadaya masyarakat, BUMD melalui PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk, PT Jaya Real Property Tbk, dan investor.
"Sesuai arahan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, revitalisasi ini harus mengakomodasi kepentingan masyarakat Jakarta. Tidak hanya dari segi properti, juga pertumbuhan wisata, ekonomi, dan lain sebagainya," kata Shindu.
Dia memaparkan beragam fungsi properti akan dibangun guna mendukung program revitalisasi kawasan yang mencakup area di sekitar Tugu Tani, Kwitang hingga Pasar Senen ini.
Mulai dari pusat belanja (shopping mall), trade center, apartemen, kondominium hotel, hotel, plaza terbuka, ruang terbuka hijau, dan pusat kuliner Nusantara, akan dikembangkan di kawasan ini.
Pengelola merencanakan pembangunan secara bertahap per blok yang akan dimulai pada tahun depan dengan total nilai investasi Rp 2,5 triliun di luar Blok 4 yang sudah eksisting sebesar Rp 250 miliar.
Sebagai tahap awal revitalisasi adalah pengembangan Blok 1-2 dengan nilai investasi Rp 700 miliar.
Di sini, akan dibangun shopping mall yang dikombinasikan dengan trade center seluas 100.000 meter persegi di atas lahan 2 hektar.
Pusat belanja ditempatkan di lantai dasar dan lantai satu dengan patokan harga sewa Rp 200.000 per meter persegi per bulan.
"Peritel food and beverage (F and B) mendominasi dengan komposisi 60 persen, yang diikuti peritel fashion, aksesori dan lainnya," tambah Shindu.
Sementara di atasnya merupakan trade center sebanyak 2.000 unit kios dengan kisaran harga mulai dari Rp 150 juta. Selain trade center, disediakan pula modern counters untuk mengakomodasi 2.000 pedagang pasar subuh korban kebakaran dengan luas 1-2 meter persegi.
Harga sewa konter ini sekitar Rp 10 juta per tahun dengan periode sewa jangka pendek. Shindu mengungkapkan, pengembangan Blok 1-2 ini akan resmi dilansir pada awal 2019 mendatang.
Sedangkan area Blok 3, dikembangkan sebagai fasilitas akomodasi berupa hotel ekonomi yang sudah mencapai tahap tutup atap, dengan pengelola dari bagian hospitalitas perseroan.
Hotel ekonomi dengan kapasitas 200 kamar ini akan dibuka secara resmi menjelang Lebaran 2019. Perseroan merogoh kocek tak kurang dari Rp 500 miliar untuk merealisasikan hotel ini.
Adapun Blok 4 merupakan properti eksisting yang saat dikembangkan pada kurun 1990-an menelan investasi sekitar Rp 250 miliar.
Sementara Blok 5 dan 6 akan dimanfaatkan untuk pengembangan kondominium (apartemen strata), kondominium hotel, hotel, dan supporting retail.
"Saat ini Blok 5 dan 6 sedang dalam tahap desain. Kami alokasikan dana sekitar Rp 1 triliun untuk Blok 5 dan Rp 300 miliar untuk Blok 6," sebut Shindu. Nantinya, harga yang dipatok untuk kondominium berjumlah total 800 unit dengan konsep transit oriented development (TOD) ini serentang Rp 500 juta hingga Rp 600 juta untuk tipe studio.
Sedangkan kondotel dan hotelnya masih dalam kajian kelayakan baik secara finansial, target pasar, maupun desainnya. Kendati demikian, Shindu memastikan apartemen dan kondotel akan rampung pada 2021 dan 2022 mendatang.
Sementara secara keseluruhan, program revitalisasi Kawasan Pasar Senen ini akan selesai pada 2026 mendatang. "Ini bukan sekadar merevitalisasi sebuah kawasan, melainkan membangun kembali jantung perekonomian sekaligus sebagai salah satu ikon kota Jakarta," cetus Shindu.
Karena itu, sesuai dengan arahan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, ketika kelak Blok 1-2 sudah selesai dikembangkan, akan mulai digelar Festival Pasar Senen sebagai agenda tahunan.
Festival Pasar Senen ini diharapakan dapat menjadi atraksi wisata unggulan Provinsi DKI Jakarta.
Baca Juga : Jadi Perempuan Terkaya di Indonesia, Arini Subianto Geluti Bisnis yang Tak Disangka-sangka
Hilda B Alexander
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kawasan Pasar Senen, Sebuah Riwayat Panjang dan Proyek Revitalisasi",
Komentar