GridPop.ID - Berapa uang yang kamu habiskan untuk makan sehari? Sebulan? Bahkan satu tahun?
Tentu tidak sedikit bukan? Uang yang dikeluarkan pasti banyak.
Namun, bagaimana jika uang untuk makan bisa dikecilkan nominalnya?
Pria bernama Daniel Tay asal Singapura ini bisa melakukannya.
Dikutip dari Kompas.com, pria asal Singapura ini menjalani gaya hidup dumpster dive atau arti harafiahnya adalah "mengorek tempat sampah".
Artinya, Daniel tak segan mengaduk-aduk tempat sampah untuk mencari makanan yang masih layak santap dan benda-benda lain yang bisa dia gunakan.
Baca Juga : Intai Tetangganya di Balik Kelambu Kamar, Pria Asal Lampung Ini Perkosa Korbannya Saat Sedang Tidur
Di sisi lain, pria berusia 38 tahun ini merupakan seorang freegan.
Freegan ialah orang yang menentang konsumerisme dan mencoba mengurangi sampah untuk membersihkan lingkungan.
"Saya seorang freegan, yaitu seseorang yang menghabiskan sesedikit mungkin uang dan mencoba mendapatkan sesuatu dengan gratis," kata Daniel kepada harian The Strait Times soal definisinya sebagai freegan.
Tetapi, tak semua freegan menjalani gaya hidup dumpster begitu pula sebaliknya.
"Banyak pemulung menjalani gaya hidup dumpster, tetapi mereka bukan freegan. Mengapa? Karena mereka menjual benda yang mreka dapat dan bukan digunakan," papar Daniel.
"Lalu ada freegan yang bukan dumpster. Mereka mengumpulkan makanan dan membuat benda kebutuhan mereka sendiri," lanjut dia.
Baca Juga : Berat Badan Menyusut Drastis Hingga Tubuhnya Terlihat Kurus, Raffi Ahmad Beri Jawaban Mengejutkan
"Freeganisme adalah gaya hidup. Sebuah filosofi. Sedangkan dumpster adalah sebuah kegiatan. Ini hanya masalah memilih mana yang lebih pas untuk Anda," imbuhnya.
Menurut Daniel, cara hidup sebagai dumpster yang dijalaninya amat memungkinkan dilakukan di Singapura.
Baca Juga : Semakin Berani, Kelakuan Fadel Islami di Atas Tempat Tidur Bikin Geleng-geleng Kepala
Sebab, banyak benda di tempat sampah Singapura yang masih dalam kondisi yang amat bagus.
"Hal ini sudah dilakukan di negara lain karena sampah ya... memang sampah," ujarnya.
Awalnya, Daniel tak berpikiran menjalani gaya hidup seperti ini karena ia bekerja sebagai seorang perencana finansial.
Namun, ia bertemu dengan seorang bernama Colin dalam sebuah acara pada November 2016 lalu hingga mengubah jalan hidupnya.
"Dalam acara itu sekitar 20-30 orang berbicara untuk meninggalkan pekerjaan dan mengejar kesenangan," kenang Daniel.
"Saat giliran Colin berbicara dia mengatakan, di usinya yang 40-an dia sudah pensiun dan hanya menghabiskan uang 100 dollar sebulan," tambah Daniel.
"Colin mengatakan, dia tak perlu khawatir soal uang karena saya mendapatkan hampir semua secara gratis," lanjut Daniel masih menirukan Colin.
Rasanya memang tidak mungkin di mana seseorang butuh setidaknya 1.500 dollar sebulan untuk hidup Singapura.
Namun usai berbicara bersama Colin, Daniel mulai mencoba menjalani gaya hidupnya.
Baca Juga : Hati-hati, Minuman yang Kadang Dinikmati Pas Sahur Ini Dapat Menyebabkan Leukimia Seperti Ani Yudhoyono
Lewat gaya hidupnya itu, Daniel hanya menggunakan uang untuk keperluan yang amat penting misalnya membayar tagihan, investasi, dan hipotek.
Dan, gaya hidup Daniel ini membuat dia hanya menghabiskan uang belanja makanan tak lebih dari Rp 114.000 saja selama satu tahun.
Karena bisa menghemat banyak biaya, pria yang belum berkeluarga itu bisa membeli kebebasan dan waktu yang menurutnya jauh lebih berharga.
Dikutip dari Intisari, Daniel rutin memposting foto-foto sejumlah besar barang yang dia temukan di situsnya (freeganinsingapore.wordpress.com).
Namun, barang-barang yang tertimbun dari barang-barang yang ditemukan ini malah membuat komunitas freegan dapat beramal.
Mereka telah menyumbangkan banyak buah dan sayuran ke dapur sup lokal untuk membuat makanan gratis bagi mereka yang bersedia.
Baca Juga : Diwawancara Cinta Laura, Chris Hemsworth Gunakan Bahasa Indonesia!
Daniel ingin dapat menjalani hidup dengan melakukan hal-hal yang dia inginkan, termasuk mencoba hal-hal baru, dan mengelola komunitas freegan lokalnya. (*)
Source | : | Kompas.com,Intisari |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar