Namun letusan Gunung Agung kala itu, disebut Chris Colose sebagai erupsi yang unik dalam hal muntahan sufur.
"Erupsi gunung berapi yang bisa merubah iklim adalah erupsi yang memuntahkan banyak SO2 (Sulfur) ke statosfer," kata Chris.
"Partikel-partikel SO2 memiliki ukuran yang sebanding dengan panjang gelombang yang terlihat dan sangat tersebar ke sinar matahari yang masuk, mendinginkan planet ini. Jika rilis SO2 serupa terjadi, bisa mendinginkan planet selama 1-2 tahun, dan kemudian terjadi pemulihan," jelasnya.
Sehingga dengan kata lain, semakin banyak sulfur yang dimuntahkan, makan semakin besar kemungkinan perubahan iklim dunia.
Di balik bencana erupsi tersebut, Gunung Agung juga menyimpan kepercayaan bagi masyarakat Bali.
Baca Juga: Gelar Ritual Sucikan Jiwa dan Raga, Dukun Ini Meregang Nyawa Dalam Wajan Penuh Uap
Dikutip dari Tribun Bali, dalam kepercayaan masyarakat Hindu Bali, Gunung Agung adalah tempat bersemayamnya dewa-dewa dan juga terdapat istana dewata.
Oleh karena itu, masyarakat Bali menjadikan tempat ini sebagai tempat keramat yang disucikan.
Masyarakat juga percaya bahwa letusan Gunung Agung pada tahun 1963 merupakan peringatan dari Dewata. (*)
Source | : | Kompas.com,GridHot.ID,Tribun Bali,Express |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar