GridPop.ID - Sosok petugas medis yang akrab disapa Mantri Patra, wafat saat menjalankan tugas di pedalaman Papua.
Berbekal panggilan hati, pemuda bernama lengkap Patra Marinna Jauhari itu bertugas menyelamatkan penduduk yang terpinggir di pedalaman Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat.
Selama empat bulan bertugas di Kampung Oya, Distrik Naikere, Teluk Wondama, Mantri Patra memilih untuk setia dalam tugas disaat rekan-rekannya sudah pulang dan tak kembali lagi.
Dalam kesendiriannya itu, Mantri Patra terus menngabdi hingga ajal menjemputnya.
Teluk Wondama yang menghormati Mantri Patra itu sangat berduka dengan kepergian Mantri Patra.
Salah satu tokoh masyarakat Teluk Wondama, Hendrik Mambor turut menyampaikan belasungkawa atas kepergian almarhum.
Lewat unggahannya di laman Facebook pada 21 Juni 2019, Hendrik Mambor juga berterimakasih atas dedikasi Mantri Patra dalam melayani masyarakat.
"#Dedikasimu patut dicontohi.
#Motivasikerjamu patut diteladani dan dihargai.
Mantri /Petugas Medis #PATRA KEVIN MANGOLO JAUHARI, mewakili Lembaga Masyarakat Adat Kabupaten Teluk Wondama dan seluruh Pejuang Pemekaran Kabupaten Teluk Wondama kami hanya bisa mengucapkan penghargaan atas dedikasimu dan jerih lelahmu bagi masyarakat secara khusus masyarakat di Pedalaman Udik Simo Kampung Oya Distrik Naikere Kabupaten Teluk Wondama Provinsi Papua Barat," tulis Hendrik Mambor seperti dikutip GridPop.ID, (24/6).
Melansir dari Antara, Mantri Patra mengawali pengabdiannya di Kampung Oya bersama dengan seorang rekannya sejak bulan Februari lalu.
Ia diantar dengan menggunakan helikopter dan dijadwalkan untuk bertugas selama tiga bulan dari Februari hingga Mei.
Namun, sampai akhir Mei 2019 belum juga ada helikopter yang datang menjemput.
Persediaan bahan makanan seperti beras dan minyak goreng serta stok obat-obatannya pun telah habis dipakai.
Meski rekannya memutuskan untuk turun ke kota Wasior untuk berjalan kaki, Patra tetap bertahan dan tinggal seorang diri.
Pemuda kelahiran 1988 terus memberikan pelayanan medis dengan kondisi yang apa adanya.
Ia juga mengisi hari-harinya dengan berinteraksi dengan warga sekitar, berkunjung ke rumah warga, bermain bersama pemuda setempat hingga ikut berkebun bersama warga.
"Tiap sore dia pergi dengan anak-anak menyanyi-menyanyi," kata seorang warga Oya yang dikisahkan Kepala Puskesmas Naikere Tomas Waropen di Wasior, Minggu (24/6/2019).
Sembari menunggu helikopter yang tak kunjung tiba, Patra akhirnya jatuh sakit dan kondisinya semakin memburuk.
Seorang warga Kampung Oya akhirnya memutuskan berjalan kaki untuk memberitahukan kondisi sang mantri kepada kepala Puskesmas Naikere.
Meskipun demikian, tetap saja tidak ada helikopter yang datang untuk mengevakuasinya ke kota guna mendapat perawatan medis.
Pada 18 Juni 2019, Patra mengembuskan napas terakhir di tempat tugasnya di Oya.
Baca Juga: Advent Bangun Meninggal Karena Gagal Ginjal, Sayur Murah Meriah Ini Ampuh Atasi Sakit Ginjal
Jenazah Patra baru dievakuasi pada 22 Juni 2019 menggunakan helikopter yang disewa pemda dari Nabire atau empat hari setelah dia meninggal dunia.
Kematian Patra yang terbilang tragis menjadi keprihatinan banyak pihak.
Tomas Waropen, Kepala Puskesmas Naikere, menyatakan nyawa Patra mungkin bisa tertolong jika pihak Dinas Kesehatan maupun instansi terkait lain cepat merespons laporannya terkait kondisi Patra dan meminta segera dikirim helikopter.
"Patra adalah pahlawan bagi masyarakat di pedalaman Mairasi (nama suku di pedalaman Naikere). Sementara kami anak-anak negeri ini banyak yang jadi Yudas (murid yang mengkhianati Yesus)," kata Tomas Waropen. (*)
Source | : | Kompas.com,Facebook,GridHot.ID,Antaranews |
Penulis | : | Bunga Mardiriana |
Editor | : | Bunga Mardiriana |
Komentar