Meski demikian, belum diketahui apakah pelaku menembak asal-asalan atau memang sengaja mengarahkan larasnya ke remaja malang tersebut.
Guna menemukan identitas pelaku, polisi berencana menggunakan dua teknologi canggih, yakni face recognition dan voice analysis.
"Kami sedang menganalisis kembali menggunakan face recognition dari berbagai macam visual yang ada. Baik melalui video, kamera CCTV, termasuk kami combine dengan keterangan saksi," ujar Dedi.
Guna menemukan identitas pelaku, polisi berencana menggunakan dua teknologi canggih, yakni face recognition dan voice analysis.
"Kami sedang menganalisis kembali menggunakan face recognition dari berbagai macam visual yang ada. Baik melalui video, kamera CCTV, termasuk kami combine dengan keterangan saksi," ujar Dedi.
Sementara itu, teknologi voice analysis digunakan untuk mengidentifikasi jenis suara letusan pada saat kerusuhan.
"Karena ada saksi yang melihat korban itu tertembak, jatuh, kemudian dievakuasi. Semuanya itu akan kami dalami," ujar Dedi.
Baca Juga: Padahal Sedang Ngobrol, Ibunda Barbie Kumalasari Mendadak Nangis Hingga Luapkan Emosi Ingat Hal Ini
Senjata non-organik
Suyudi melanjutkan, polisi juga menemukan fakta bahwa peluru yang bersarang di tubuh Harun berasal dari senjata non-organik, yaitu senjata yang tidak sesuai standar Polri.
"Harun Al Rasyid itu sudah dilakukan otopsi dan memang ditemukan adanya proyektil peluru, yaitu 9x17 milimeter atau 0380 automatic yang diduga ini adalah senjata dari non-organik Polri," kata Suyudi.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Grid. |
Komentar