GridPop.ID - Kesetiaan pasangan suami istri bukan hanya diuji saat bahagian namun juga saat diterpa kesusahan.
Seperti halnya pasangan suami asal Flores, Nusa Tenggara Timur.
Saat suami patah tulang hingga tidak bisa berkativitas selama bertahun-tahun, istrinya pun setia menjaga dan mendampinginya.
Melansir dari Kompas.com, Barbara Adinda (32) tetap setia merawat sang suami, Ambrosius Roliyanto (34), yang telah lumpuh selama lima tahun.
Roliyanto menderita cacat permanen sejak mengalami kecelakaan kerja di Malaysia.
Patah tulang saraf bagian belakang (pinggang) menyebabkan ia tak bisa lagi berjalan dan beraktivitas.
Kini, ia hanya bisa berbaring di tempat tidur dan duduk paling lama 15 menit.
"Sejak dia dirawat di rumah sakit sampai sekarang, saya selalu setia mendampinginya. Saya tidak peduli apa pun kondisinya. Kekuatan cinta dan campur tangan Tuhan yang membuat kami tetap bersama," ungkap Barbara Adinda, Jumat (12/7/2019).
Barbara Adinda menceritakan, sang suami mengalami kecelakaan kerja di perusahaan kelapa sawit di Malaysia pada tahun 2014 lalu.
Ia menuturkan, suaminya bekerja di perusahaan kelapa sawit sebagai buruh.
Setiap hari, sang suami melakukan aktivitas memasukkan buah kelapa sawit dari tempat penampung ke dalam truk untuk diantar ke gudang perusahaan.
"Pas dia lagi kerja kasih masuk ke truk, tiba-tiba papan tempat penampungan patah. Ia jatuh dan tertindih papan yang bermuatan sawit yang beratnya sekitar 28 ton lebih. Dia tertindih itu selama setengah jam," katanya.
Ia melanjutkan, rekan-rekan kerja menyelamatkan suaminya dari kecelakannya dan langsung mengantar ke klinik perusahaan.
Dari klinik lalu diantar ke rumah sakit Laha Dato kemudian ke Sandakan dan terakhir di Keke.
"Dia dirawat di 3 rumah sakit memang. Di Laha Dato dan Sandakan tidak ada alat untuk sambung tulangnya yang patah. Makanya diantar ke Keke. Setelah pasang alat itu di Keke, baru kembali ke Lahadato untuk melaksanakan perawatan lanjutan," lanjutnya.
"Dia 2 bulan dirawat di rumah sakit. Menurut dokter, suami saya alami patah tulang saraf bagian belakang. Tidak bisa disambung lagi. Kecuali mukjizat Tuhan baru bisa sembuh. Bayar pengobatan, ditanggung perusahaan dengan potongan asuransi," katanya.
Ia menceritakan, sejak keluar dari rumah sakit ia dan sang suami menempati rumah yang disiapkan perusahaan.
"2 tahun kami bertahan di Malaysia. Hidup di rumah perusahaan. 1 bulan setelah keluar dari rumah sakit biaya hidup ditanggung perusahaan. Setelah itu, saya sendiri yang kerja cari uang untuk kebutuhan dan beli obat suami," katanya dengan penuh sedih.
Meski sedih dengan keadaan suaminya, Barbara tidak putus asa dan menjaga suaminya dengan tulus.
"Saya kerja untuk beli makan obat sang suami. Saya kerja mendata perolehan sawit 1 orang dan kelompok (checker). Sejak suami sakit, perusahaan memberi keringanan. Saya kerja bersih di sekitar kantor saja. Penghasilan saya waktu itu 1.000 ringgit per bulan. Kalau dirupiahkan bisa Rp 3 juta lebih," ujarnya.
Ia mengatakan, sebenarnya gaji yang ada tidak cukup tetapi dicukupkan saja untuk memenuhi kebutuhan.
"Kadang kalau uang tidak cukup, saya tunggu makan dari teman kerja. Uang sendiri itu utamakan untuk beli obat sang suami," katanya.
Ia melanjutkan, kendala lain yang dialami saat berada di Malaysia adalah tidak ada keluarga untuk membantu sang suami apabila hendak berobat ke klinik.
"Kalau mau masuk ke klinik orang-orang yang bantu antar ke rumah sakit. Untung teman-teman bisa bantu kami," lanjutnya.
Melansir dari Tribun Jabar, Barbara Adinda dan suaminya kembali ke tanah kelahiran di Kabupaten Sikka, Flores, pada 2016 karena paspor Ambrosius tak bisa diperpanjang lagi.
Baca Juga: Geram Temukan Video Mesum Suaminya Tapi Malah Diusir Dari Rumah, Istri Polisi Ancam Lakukan Hal Ini
"Dari 2014 sampai sekarang saya tetap merawat dia. Kalau saya tidak merawat dia siapa lagi. Untuk buang air besar dia harus pakai obat perangsang. Kencingnya pakai kateter. Dia juga pakai pampers," ujarnya.
"Suami mau BAB kan harus dibantu. Jadi saya tidak bisa keluar jauh memang. Di sini juga yang ada sayaa dan dia saja. Bapa-mamanya sudah meninggal dunia. Suami saya ini anak yatim piatu," katanya.
Untuk pengobatan, Barbara mengatakan bahwa Kartu Indonesia Sehat (KIS) milik suami tak bisa digunakan.
Pasalnya, suaminya tidak berobat ke puskesmas atau rumah sakit.
Suaminya hanya membutuhkan obat yang dibeli di apotek.
"Bagian pusat ke bawah dia punya itu mati rasa. Dia bisa duduk bertahan 15 menit saja. Kalau dia duduk sudah keringat pasti langsung pingsan. Saat ini dia hanya bisa duduk dan baring saja. Saya tidak sanggup lagi menceritakan kondisi suami saya. Begitu saja dulu. Nafas saya sudah sesak," kata Barbara Adinda mengusap air mata sambil merunduk. (*)
Source | : | Kompas.com,Tribun Jabar |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar