Sri dan kolega kemudian menemukan bahwa Wawan kurang diperhatikan pihak keluarga.
Selain kekurangan kasih sayang, tidak ada yang mengantarkan ke rumah sakit atau puskesmas untuk pemeriksaan rutin.
"Dari situ, Iwan lepas obat lagi. Saya bawa ke rumah sakit di Bandung, masih begitu-begitu saja enggak ada perkembangan. Dirawatlah di RS Marzuki Mahdi, Bogor, karena saya kasihan. Kalau dibalikin ke Tasik lagi, nanti dipasung lagi," kenang Sri.
"IS diantar dari LSM Gerak Cepat Bersama ke Yayasan Jamrud Biru dengan kondisi fisik memprihatinkan dan keadaan mentalnya lumayan parah. Dia enggak ngeh sekeliling, saraf motoriknya kayaknya sudah rusak," kata Suhartono.
"Kalau enggak salah sekitar April 2019 datang. Yang jelas diantar ke sini dalam kondisi sudah sakit begini, kurus, pucat. Saat datang berat badannya 23 kilogram," imbuhnya.
Kabar baiknya, semakin hari di Yayasan Jamrud Biru, Wawan menunjukkan tanda-tanda positif.
Suhartono menyebut, berat badan Wawan sudah bertambah hingga 34 kilogram dan juga sering diberi terapi.
"Ada beberapa yang kami lakukan. Ada terapi saraf, totok, dan juga terapi ramuan kelapa, pembinaan agama. Walaupun dia tidak merespons tapi pelan-pelan kami didik agar dia mengerti," jelas Suhartono.
Salah satu terapi yang dijalani Wawan ialah dipijit di beberapa bagian tubuh.
"Kami tarik tangannya pelan-pelan. Kami coba pijit, kegiatan lain kami ajak muter, keliling panti. Kalau pagi, jari tangannya saya kasih beban 2-3 kilogram untuk dia pegang, walaupun ditaruh lagi benda itu. Kami gerakkan seperti senam," katanya. (*)
Source | : | Grid.ID,Kompas.com |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar