GridPop.ID - Belakangan, publik dihebohkan video seorang pemuda yang sibuk main dengan jarinya.
Ia sibuk main jari seolah-olah sedang bermain game online meski tidak membawa handphone.
Sikapnya tersebut membuatnya dijuluki sebagai Wawan 'Game'.
Dikutip dari Grid.ID, namanya Wawan, salah satu penghuni Yayasan Jamrud Biru yang disebut memiliki gangguan mental lantaran terlalu sering main game di handphone.
Video Wawan sempat viral di media sosial salah satunya diunggah akun Instagram @ndorobeii pada Sabtu (13/7/2019).
Dilansir dari kanal YouTube DAAI TV Indonesia, pemuda itu mendapat julukan sebagai 'Wawan Game' yang sejak di rawat, keluarga sering mengabaikannya.
Namun dibalik video viral Wawan Game tersebut, tak disangka ada kisah pilu yang menguras air mata.
Melansir dari Kompas.com, faktannya pria yang diketahui berinisal IS (32) alias Iwan atau Wawan itu mengidap skizofrenia akibat rentetan trauma.
Saat ini, ia dirawat oleh lembaga nirlaba rehabilitasi ODGJ di Mustika Jaya, Bekasi, bernama Yayasan Jamrud Biru.
Karena tingkah lakunya yang menyerupai orang bermain game online, ia akhirnya dijuluki Wawan 'Game'.
Bahkan, dalam daftar pasien lantai dasar di Yayasan Jamrud Biru, namanya ditulis sebagai 'Iwan Game' pada urutan ke-25.
Saat ditemui di Yayasan Jamrud Biru pada Kamis (18/7/2019) pagi, Wawan tak pernah beranjak dari kursinya.
Baca Juga: Dinikahi Pria Tajir, Raya Kohandi Tinggal di Rumah Megah Serba Mewah, Dapurnya Wow Banget
Selama berjam-jam, ia tetap diam, kecuali jari-jari tangannya yang senantiasa bergerak-gerak layaknya pemuda yang sedang gandrung game online.
"Dia pasif, kalau tidak kami pindahkan, atau lakukan kegiatan, dia enggak akan berpindah. Untuk pembinaan, pasien lain untuk futsal atau senam akan ikut. Kalau Wawan enggak. Enggak kami gerakkan, dia enggak akan gerak," kata Suhartono, pemilik Yayasan Jamrud Biru.
Saat wartawan berbincang dengan Hartono, Wawan setia pada posisinya.
Masker selalu melekat di wajahnya untuk membendung air liur yang kerap merembes dari bibirnya.
Beberapa kali ia diajak bicara namun tidak memberi respons.
"Efek obat dulu. Dulu dia ngamukan, dihajar obat malah jadi seperti robot enggak punya emosi. Dia enggak akan pernah bilang 'aduh!'. Diajak ngomong juga dia enggak ngejawab," kata Suhartono.
Fakta mengejutkan datang dari seseorang yang pernah merawat Wawan.
Wawan disebut pernah mengalami masa lalu pilu yang sebenarnya bukan kecanduan game online.
"Sebenarnya Iwan (panggilan LSM untuk Wawan) bukan sakit karena game online. Saya dampingi Iwan dari 2016," ujar Sri Pujiawati, perawat Wawan "Game" dari LSM Gerak Cepat Bersama yang berdomisili di Bandung, Jawa Barat, saat dihubungi, Kamis (18/7/2019) petang.
"Kalau Iwan tangannya begitu karena rasa cemas yang tinggi, permasalahan yang enggak pernah dikeluarkan. Jari tangannya enggak mau diam bukan berarti karena enggak bisa main handphone," timpal Ketua LSM Gerak Cepat Bersama Farian dalam sambungan telepon yang sama.
Sri dan Farian sama-sama membantah jika Wawan mengidap skizofrenia bukan akibat kecanduan game online.
"Iya (tangannya sudah begitu sejak dulu). Saya kan selalu konsultasikan sama psikiater dan dampingi ke RS, kenapa tangannya tak bisa lepas. Dilihat dari psikologi, kejiwaan, rupanya Iwan menghadapi kecemasan yang berlebihan. Ada rasa takut, kecemasan, menarik diri. Termasuk, ketika ada orang asing dia enggak mau interaksi," jelas Sri.
Suhartono mengungkapkan, Wawan lahir pada 1987.
Lalu, seingat Sri, titik balik sesehatan mental Wawan terjadi tak jauh saat ia lulus SMA.
Dengan asumsi bahwa seseorang kecil kemungkinan lulus dari SMA di atas usia 23 tahun, itu berarti Wawan sudah mengalami gangguan jiwa sebelum tahun 2010.
Game online yang dapat dimainkan lewat smartphone masih amat jarang ditemui.
Terlebih di tempat tinggal Wawan yang, menurut Sri, berada di suatu desa di Tasikmalaya, Jawa Barat.
"Dulu, dia pernah kerja di Bandung. Enggak tahu ada masalah apa di tempat itu. Ketika ada masalah itu, tiba-tiba orangtuanya secara berturut-turut meninggal. Itu yang bikin begitu. Orangtuanya meninggal ketika dia keluar SMA. Dari SMA sampai 2018 akhir itu Iwan terus-terusan dipasung," kata Sri.
Tak tahan dengan Wawan yang cenderung suka mengamuk dan agresif akibat gangguan jiwanya, keluarga pun kehabisan akal sehingga memasung Wawan selama bertahun-tahun.
Di sisi lain, rasa cemas berlebihan yang dialami Wawan penyebabnya bukan karena game online.
LSM Gerak Cepat Bersama sempat merawatnya beberapa tahun.
"Tahun 2016, saya dapat laporan bahwa di Tasikmalaya ada Iwan, belasan tahun dipasung sejak keluar SMA. Sama saya, dibebaskan bawa ke RS Jiwa Cisarua, Lembang. Beberapa kali dirawat. pulang rawat inap ke rumah, karena Iwan sudah enggak punya orangtua, ditambah karena dia suka ngamuk, agresif, akhirnya sama saudaranya dipasung lagi," imbuh Sri.
Sri dan kolega kemudian menemukan bahwa Wawan kurang diperhatikan pihak keluarga.
Selain kekurangan kasih sayang, tidak ada yang mengantarkan ke rumah sakit atau puskesmas untuk pemeriksaan rutin.
"Dari situ, Iwan lepas obat lagi. Saya bawa ke rumah sakit di Bandung, masih begitu-begitu saja enggak ada perkembangan. Dirawatlah di RS Marzuki Mahdi, Bogor, karena saya kasihan. Kalau dibalikin ke Tasik lagi, nanti dipasung lagi," kenang Sri.
"IS diantar dari LSM Gerak Cepat Bersama ke Yayasan Jamrud Biru dengan kondisi fisik memprihatinkan dan keadaan mentalnya lumayan parah. Dia enggak ngeh sekeliling, saraf motoriknya kayaknya sudah rusak," kata Suhartono.
"Kalau enggak salah sekitar April 2019 datang. Yang jelas diantar ke sini dalam kondisi sudah sakit begini, kurus, pucat. Saat datang berat badannya 23 kilogram," imbuhnya.
Kabar baiknya, semakin hari di Yayasan Jamrud Biru, Wawan menunjukkan tanda-tanda positif.
Suhartono menyebut, berat badan Wawan sudah bertambah hingga 34 kilogram dan juga sering diberi terapi.
"Ada beberapa yang kami lakukan. Ada terapi saraf, totok, dan juga terapi ramuan kelapa, pembinaan agama. Walaupun dia tidak merespons tapi pelan-pelan kami didik agar dia mengerti," jelas Suhartono.
Salah satu terapi yang dijalani Wawan ialah dipijit di beberapa bagian tubuh.
"Kami tarik tangannya pelan-pelan. Kami coba pijit, kegiatan lain kami ajak muter, keliling panti. Kalau pagi, jari tangannya saya kasih beban 2-3 kilogram untuk dia pegang, walaupun ditaruh lagi benda itu. Kami gerakkan seperti senam," katanya. (*)
Source | : | Grid.ID,Kompas.com |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar