Meski hanya dengan satu kaki, Wawan mengaku masih sanggup untuk mengantar dua penumpang sekaligus bahkan sampai melintasi jalan menanjak di Yogyakarta.
Menekuni becak sejak 1990, Wawan menarik becak pertama kali di Magelang, Jawa Tengah, baru pindah ke Yogyakarta.
Tak ada pilihan lain selain menjadi tukang becak karena Wawan harus menghidupi istri dan anaknya yang berusia 2 tahun.
Wawan mengontrak di daerah Tahunan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Setiap bulan, wawan harus membayar sewa Rp 600.000.
"Prinsip saya satu, bekerja apapun asal tidak merugikan orang lain," kata Wawan.
Setiap hari, dari pagi sampai siang hari, Wawan mangkal di seberang TBY. Tetapi, saat sore hari ia berpindah tempat di seberang Pasar Beringharjo.
"Saya kadang sampai jam 2 pagi baru pulang. Kadang malam sampai tidur di becak juga, ya sambil nunggu penumpang," bebernya.
Penghasilanya sebagai tukang becak pun tidak menentu. Terkadang, di hari libur, ia bisa membawa uang untuk keluarganya.
Namun, terkadang Ia juga harus rela pulang dengan tangan kosong, karena tidak mendapat penumpang.
"Kadang dapat, kadang tidak, Ya kalau ramai liburan sehari bisa dapat Rp 50.000 sampai Rp 100.000. Ya bagi saya, berapapun, cukup tidak cukup tetap harus disyukuri," tandasnya.
Source | : | Kompas.com,Tribun Jateng |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar