Perempuan, tak diperkenankan masuk ke dalam area pemakaman Ma’la.
Nyai Heni Maryam, hanya mampu memandang ribuan pelayat yang menghantar kepergian Sang Suami KH Maimoen Zubair dari balik pagar pemakaman Ma'la, Makkah.
Sesekali, dengan ujung jilbabnya ia tampak mengusap matanya. Mungkin titik air mata tak kuasa ia tahan untuk keluar dari sepasang mata yang tersembunyi di balik kacamata hitamnya.
"Duduk saja dulu Bu Nyai," bujuk dokter perempuan yang terus mendampinginya.
Bu Nyai menggeleng lemah, sambil terus menatap areal pemakaman yang sebenarnya khusus diperuntukkan bagi penduduk Makkah tersebut.
Namun akhirnya perempuan itu pun menuruti bujukan sang dokter dan kerabat. Ia pun terduduk di kursi roda yang memang sengaja dibawa untuknya.
“Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fuanhu. Allahumma la tahrimna ajrahu, wa laa taftina ba'dahu waghfirlana wa lahu,” terdengar sayup-sayup doa dari Nyai Heni.
"Wong semalem masih ngobrol kok. Proses perginya almarhum cepat sekali," kata Bu Nyai bercerita saat-saat terakhir sang suami.
Kalimat istighfar tak henti keluar dari bibirnya yang bergetar, seakan ingin menguatkan hati atas kepergian Sang Suami yang tiba-tiba.
"Bu Nyai mendampingi almarhum sejak jam 03.00 pagi tadi, waktu Kyai dibawa ke RS," ujar dokter yang selalu berada di samping Bu Nyai.
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar