GridPop.ID - Pada 17 Agustus besok, masyarakat Indonesia akan merayakan Hari Ulang Tahun ke-74 Republik Indonesia.
Nuansa merah putih sudah mewarnai berbagai sudut perkotaan dan pedesaan yang menjadi identik hari kemerdekaan.
Selain itu, hari kemerdekaan juga identik dengan adanya pasukan bari berbaris yang biasa disebut paskibra.
Dikutip dari Tribunnews.com, Presiden Jokowi mengukuhkan 68 anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) yang berasal dari 34 provinsi se-Indonesia, pada Kamis (15/8/2019) sore di Istana Negara, Jakarta.
Pasukan inilah yang akan bertugas mengibarkan bendera merah putih dalam Peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan RI ke-74 tahun 2019 di Istana Negara pada Sabtu (17/8/2019) pagi.
Berbicara mengenai Paskibraka pada tahun 2019 ini, rupanya banyak kisah dari anggotanya yang menarik untuk dikulik.
Salah satunya ialah anggota Paskibraka yang mewakili Provinsi Riau di tingkat nasional bernama Muhamat Asraf, siswa SMA Negeri 1 Kampar Kiri Tengah.
Dikutip dari Kompas.com, (16/8/2019), di balik keberhasilannya mengikuti seleksi ketat dan berbagai pelatihan serta bimbingan, perjuangan Asraf ternyata tidaklah mudah.
Muhamat Asraf merupakan seorang anak yatim yang tinggal bersama ibunya di Desa Bina Baru, Kecamatan Kampar Kiri Tengah, Kabupaten Kampar.
Bocah kelahiran tahun 2002 itu anak bungsu dari tiga bersaudara. Saat ini ia duduk di bangku kelas 2 di SMAN 1 Kampar Kiri Tengah.
Ibu Asraf bernama Atik mengaku tidak menyangka anaknya bisa lolos menjadi Paskibraka nasional. Saat ini anaknya sudah berada di Jakarta.
"Alhamdulillah, saya bangga sekali. Sungguh saya tidak menyangka Asraf bisa lolos ke tingkat pusat," ucap Atik saat diwawancarai wartawan di rumahnya, di Desa Bina Baru, Rabu (14/8/2019).
Baca Juga: Prada DP Mengaku Pernah Hamili Fera Oktaria dan Tak Menyukai Sherli Tapi Tetap Ikut Dengannya!
Atik yang bekerja serabutan ini, mengaku mendukung penuh anaknya untuk ikut Paskibraka. Mulai dari seleksi dari tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten, provinsi dan nasional.
"Saya bilang ke dia, kalau memang mau jadi anggota Paskibraka, berlatihlah dengan tekun dan sungguh-sungguh," kata Atik.
Asraf sempat merasa minder dan sedih, karena tidak memiliki sepatu untuk mengikuti seleksi Paskibraka tingkat nasional. Tapi, orangtuanya tidak punya uang untuk membeli sepatu tersebut.
Namun, ibunya tidak menyerah. Atik meminjam sepatu tetangganya yang sudah robek, agar anaknya bisa ikut seleksi.
"Dia sempat malu sama kawan-kawannya. Jadi saya pinjam sepatu tetangga," aku Atik.
Ia menceritakan, awalnya Asraf mengikuti seleksi Paskibraka di sekolanya. Setelah pulang dari latihan, Asraf muntah-muntah.
"Saat itu dia muntah sampai di rumah. Dia bilang tadi ikut Paskibraka," sebut Atik.
Dikatakan Atik, anak bungsunya itu memiliki tinggi badan 170 cm, yang bercita-cita ingin menjadi polisi.
Asraf memiliki sosok yang pendiam, dan hobi mencari ikan di sungai dan berolahraga main bola voli. Bahkan, Atik tak menyangka Asraf menekuni Paskibraka.
"Karena dia sering melihat upacara bendera 17-an di televisi, Asraf tertarik menjadi salah satu pasukan Paskibraka. Ternyata ia tekuni," ujar Atik.
Sejak itu, Asraf sering mengikuti kegiatan Paskibraka di sekolah, hingga akhirnya menjadi Paskibraka nasional.
"Kami sangat bersyukur dan tim seleksi profesional. Kali ini mungkin baru anak jelata bisa masuk (Paskibraka) tingkat nasional," ujar Atik.
Atik mengaku tidak ada biaya untuk anaknya yang mengikuti seleksi Paskibraka. Saat seleksi, Asraf sering tidak dibekali dengan uang.
"Saya tidak punya uang. Saya hanya kerja serabutan di kebun sawit dan karet orang lain. Kadang satu hari dapat gaji Rp7 5 ribu. Itu pun enggak tiap hari," aku Atik.
Atik dan anak-anaknya tinggal di sebuah rumah bantuan Pemerintah Kabupaten Kampar yang dibangun di atas tanah milik saudaranya.
Baca Juga: Jadi Korban Pelecehan Seksual, Artis Ini Bongkar Kasusnya hingga Ungkap Perjuangannya Melawan Trauma
"Dulu kami tinggal di rumah kayu punya kakak ibu. Tapi sekarang alhamdulillah dapat bantuan bedah rumah dari pemerintah," kata Atik.
Kendati tak memiliki suami, Atik mengaku tetap semangat menyekolahkan Asraf hingga membuahkan hasil di mana anaknya merupakan sosok rajin dan tekun belajar.
"Ashraf ini anak yatim dari lahir. Dia anak yang rajin dan tekun belajar. Saya selalu berdoa yang terbaik buat dia dan anak-anak saya yang lain," ucap Atik.
Pada saat mengikuti latihan maupun seleksi, aku dia, Asraf jarang sekali membawa uang. Tapi, Atik selalu memberikan semangat dan motivasi hingga anaknya sukses menjadi salah satu anggota paskibra.
"Saya sangat bangga sama Asraf," ungkapnya.
Karena sudah jarang bertemu, Atik mengaku sangat rindu dengan Asraf.
"Saya kangen sekali sama dia. Dia gak pegang HP jadi enggak bisa dihubungi. Saya harap Asraf sukses pada saat pengibaran bendera nanti," tutup Atik. (*)
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar