GridPop.id - Kisah meninggalnya seorang bocah di Sukabumi bikin geger.
Kematian NP, bocah perempuan 5 tahun, mengungkap sisi gelap seorang ibu di Sukabumi yang berhubungan badan dengan kedua putranya.
SR (39) dan dua putranya RG (16) dan (R) sudah dijadikan tersangka oleh kepolisian karena kematian NP, anak dan adik angkat mereka.
Mulanya, SR berpura-pura merasa kehilangan NP anak asuhnya, ditemukan sudah meninggal.
Warga menemukan jasad NP dalam kondisi tak wajar di Sungai Cimandiri, Desa Wangunreja, Nyalindung, Kabupaten Sukabumi, Minggu (22/9/2019) siang.
Minggu pagi itu NP yang baru selesai dimandikan dibawa ke kamar tapi tidak dipakaikan baju, kemudian diperkosa oleh kakak angkatnya, R (14).
R kemudian keluar kamar setelah kakaknya, RG (16), masuk dan ikut memperkosa dan sempat dipergoki ibunya.
Ibu bertanya apa yang dilakukannya kepada NP, tapi RG tiba-tiba mencekiknya.
Bukannya melarang, SR malah ikut mencekik NP hingga tewas.
Setelah itu SR malah mengajak RG berhubungan badan di dekat jenazah NP.
SR kemudian meminta R dan RG untuk membuang jenazah NP yang lebih dulu dipakaikan baju, ke Sungai Cimandiri, yang jaraknya sekilo di belakang kontrakan mereka.
Jenazah NP yang ditemukan tak memakai celana, hanya pakaian atas, sempat dibawa ke Instalasi Pemulasaraan Jenazah RSUD R Syamsudin.
Di rumah sakit ini hanya dilakukan visum luar terhadap jenazah NP.
Minggu malam itu SR ikut mengantar dan mendampingi jenazah anak angkatnya di rumah sakit milik pemerintah.
Dalam keadaan berduka, SR sempat berbincang dengan Kompas.com di Instalasi Jenazah RSUD R Syamsudin, Minggu malam.
"Iya, ini jenazah anak saya. Tadi pagi itu saya mau jualan, anak saya ingin ikut tapi saya suruh diam di rumah sama kakaknya. Tapi saat saya pulang, anak saya enggak ada," kata SR.
Dia mengaku sempat mencari dan akan melaporkan ke polisi karena hingga Minggu siang anaknya tidak ada di rumah dan ditunggu-tunggu tidak pulang.
Hingga akhirnya diketahui anak angkatnya ditemukan meninggal di Sungai Cimandiri.
Dia mengakui bila anak perempuannya yang meninggal ini merupakan anak angkat.
Almarhumah NP ini sudah diangkat sebagai anak sejak usia tiga tahun. Di rumahnya, ia mengatakan, tinggal bersama suami dan dua anak laki-laki.
"Saya ingin sekali punya anak perempuan, makanya saya dan suami mengangkatnya sejak usia dua tahun," aku SR yang berlinang air mata.
Hasil autopsi, dokter menemukan luka di leher, lidah, kemaluan, dan anus bocah NP.
Polisi menangkap SR dan dua putranya, RG dan R di rumah kontrakan mereka di Kampung Bojongloa, Situmekar, Lembursitu, Kota Sukabumi.
"Ketiganya langsung diamankan tanpa perlawanan," kata Kepala Polres Sukabumi AKBP Nasriadi di Mapolsek Cibadak, Selasa (24/9/2019).
Polres Sukabumi mengungkap, tersangka SR alias Yuyu, RG dan R, sering berhubungan intim atau inses sekitar dua bulan terakhir.
"Ketiga pelaku ini juga sering melakukan hubungan inses antara ibu dengan kedua anak kandungnya," ujar Nasriadi dalam rilis ketiga tersangka.
"Selain kepada ibunya, kedua pelaku ini juga kepada adik angkatnya," Nasriadi menambahkan.
Hubungan seksual antara ibu dengan anak ini terungkap saat polisi menemukan celana training dalam penggeledahan di rumah pelaku.
Di celana training itu masih ada bercak sperma yang selanjutnya diketahui celana itu milik R.
Setelah diinterogasi, R sebelum memperkosa NP, sempat berhubungan badan dengan ibu kandungnya pada Sabtu (21/9/2019) malam.
Berdasarkan pengakuan ketiga tersangka, mereka sudah sering melakukan inses.
Bahkan ketiganya pernah melakukannya secara bersama-sama.
Aksinya tersebut dilakukan saat suami atau ayah kedua pelaku sedang berada di luar rumah.
Selain itu kedua remaja pria yang masih berstatus sebagai pelajar ini juga sering melakukan hubungan seks dengan adik angkatnya.
"Hubungan asmara kedua laki-laki remaja dengan ibunya dan adik angkatnya ini dipicu karena sering menonton video porno dari telepon genggamnya."
"Keduanya berhalunisasi lalu melampiaskannya dengan ibu kandungnya dan adik angkatnya," ujar dia.
"Sayangnya, ibunya ini juga bukannya melarang, malah meladeni. Bahkan ikut membunuh korban dengan mencekik," ujar Nasriadi.
Sementara SR mau menggauli kedua putranya karena tak mendapat kepuasan biologis dari suaminya yang sudah loyo dan terpaut usia 30 tahun.
SR mengakui dirinyalah yang pertama kali mengajak kedua anak kandungnya untuk berhubungan intim.
"Nggak tahu pak, saya kepingin saja (berhubungan badan, red)," ujar SR di Mapolsek Cibadak.
"Bapaknya (anak-anak) sudah nggak sanggup lagi. Yang ajak untuk begituan ke anak-anak, ya saya duluan. Spontan gitu aja, pas pertama lagi nonton TV," imbuh SR.
RG mengaku sudah tiga kali berhubungan intim dengan ibu kandungnya.
"Habis mandi terus si Mamah ngajak, yuk ke kamar. Mau ngapain? Ikut dulu katanya. Pas ikut, dibukain pakaiannya," kata RG ke AKBP Nasriadi.
Saat itu ayahnya sedang tak ada di rumah.
Nasib NP begitu malang. Tujuh bulan terlahir ke dunia, NP ditinggal sang ayah yang menceraikan ibunya, yang notabene istri kedua, asal Lembursitu, Sukabumi.
Hadi (53) terpukul mendengar anak kandungnya dibunuh ibu dan kakak angkatnya berdasar cerita polisi yang datang ke rumahnya pada Senin (23/9/2019).
"Kalau dihukum, hukum mati saja kalau bisa. Anak saya meninggal, ya pembunuhnya juga harus mati," ungkap Hadi dilansir Kompas.com, Kamis (26/9/2019).
Sejak usia dua bulan itu NP dirawat ibu kandungnya Sri Yuliganti (38). Tapi di usia NP tiga tahun, Yuli meninggalkannya.
"Sekitar tiga tahun berpisah dengan saya," ujar Yuliganti kepada Kompas.com di rumah kontrakan di Jayamekar, Kecamatan Baros, Jumat (27/9/2019).
NP kemudian dijadikan anak angkat oleh tetangga Yuli, Ma Kokom, saat di Kampung Joglo karena memang ingin merawat sampai menyekolahkannya.
"Ma Kokom ingin merawat anak saya karena lucu. Saya bilang silakan saja, tapi jangan dikemana-manain. Kalau sudah enggak sanggup merawatnya kasihkan lagi ke saya," pesan Yuli ke Ma Kokom.
Saat itu Yuli tinggal menumpang dengan kakaknya, mengingat kondisi ekonomi morat marit, ditambah rumah peninggalan orangtuanya di perumahan sudah dijual.
"Waktu itu saya lagi menjanda, saya cerai dengan suami saat anak saya usia tujuh bulan," tutur dia.
Satu kali Yuli mencoba mencari-cari NP setelah tak lagi dirawat oleh Ma Kokom sampai akhirnya tahu Yuyu-lah yang mengasuhnya.
Tapi, Yuli gagal mengetahui keberadaan Yuyu dan suaminya karena sering berpindah rumah.
"Sejak usia tiga tahun saya tidak ketemu anak saya lagi, dan terakhir ketemu di rumah sakit anak saya sudah meninggal," kata Yuliganti.
Yuli mengaku sering mendapat laporan jika putrinya sering diperlakukan kasar oleh SR.
"Kata para tetangganya, anak saya ini sering disiksa ibu angkatnya," ujar Yuli.
Ia sudah merasa curiga saat melihat jasad putri kandungnya di Instalasi Jenazah RSUD R Syamsudin, Minggu (22/9/2019) malam.
"Saya melihat dengan mata saya sendiri, anak saya pada lehernya memar, mulut berbusa dan betisnya ada luka. Saya sudah curiga," kata Yuli.
Source | : | Tribun Jakarta |
Penulis | : | None |
Editor | : | Popi |
Komentar