"Saya menyampaikan tausiyah bukan seperti artis yang kejar target, jadi saya diundang maka datang. Jadi kalau misalnya dibatalkan maka saya ke tempat lain, yang selalu saya bilang 'nanti ya kalau ini batal'," jelas Ustaz Abdul Somad.
Lebih lanjut, Ustaz Abdul Somad mengaku sebuah tempat untuk tausiyah itu tak terlalu penting di zaman era digital seperti saat ini.
"Ketika saya tausyiah di UII Yogyakarta, toh teman-teman UGM juga nantinya akan nonton dan mungkin ingin silaturahmi," beber Ustaz Abdul Somad.
Bukan sekali saja Ustaz Abdul Somad kerap mengalami pembatalan agendanya, namun saat ini ia tampak santai menghadapinya.
Tahun lalu, kegiatan ceramahnya di Jepara dan Semarang juga mendapat penolakan dari beberapa organisasi masyarakat (ormas).
Selanjutnya, pada tahun 2017 pria kelahiran Asahan, Sumatera Utara tersebut juga mendapat penolakan dari beberapa ormas ketika ingin melakukan safari dakwah di Bali.
Bahkan, Ustaz Abdul Somad juga ditolak oleh otoritas Hong Kong yang menurut UAS berkaitan dengan dugaan terorisme di 2017 lalu.
"Saya kira sudah dari dulu. Ketika kasus 2 jam nongkrong di bandara, terus ada juga di Kudus. Tetapi saya tetap datang meski dibatalkan saat itu di Kudus.
Jadi kalau bisa sebenarnya pihak yang menghadang datang ke panti dan temui anak autis tersebut. Cium tangannya semoga Allah mengampunkan," ungkap Ustaz Abdul Somad.
Komentar