GridPop.ID - Selama menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan pada pemerintahan Presiden Joko Widodo periode pertama, Susi Pudjiastuti memang sering menjadi sorotan.
Kinerjanya selama menjadi menteri sudah tak diragukan lagi.
Namun, kini Susi Pudjiastuti telah menyelesaikan tugasnya dan kembali menjadi warga biasa.
Diberitakan Tribun Jatim, bagi sebagian masyarakat Indonesia, saat masih menjabat menjadi menteri, Susi memang dikenal berbeda dibandingkan dengan menteri lainnya.
Mulai dari penampilannya hingga caranya berinteraksi yang sangat akrab dengan masyatakat dan dinilai tidak mementingkan protokoler.
Sehingga hal itu membuat Susi Pudjiastuti meninggalkan banyak kesan bagi orang-orang di sekitarnya.
Kesan-kesan tersebut juga membekas di benak teman-teman Susi Pudjiastuti.
Kisah sisi lain Susi Pudjiastuti tersebut terdapat dalam buku berjudul "Untold Story Susi Pudjiastuti, Dari Laut ke Udara, Kembali ke Laut", terbitan Kompas terbitan 2015 lalu.
Dalam buku tersebut, seorang teman Susi, Eka Santosa, mengungkapkan kisahnya tentang sang menteri saat masih remaja.
Pria yang juga pernah menjabat sebagai Ketua DPRD Jawa Barat periode 1999-2004 itu mengungkapkan, apa yang diucapkan oleh Susi Pudjiastuti seperti yang diucapkan oleh seorang peramal.
Setidaknya ada dua ucapan Susi Pudjiastuti yang diingat oleh Eka Santosa, dan akhirnya menjadi kenyataan.
"Susi kalau bicara seperti peramal," kata Eka Santosa.
Sebab, saat itu Susi pernah mengatakan kepada dirinya agar berhati-hati terhadap Gunung Papandayan.
"Kang, hati-hati Gunung Papandayan longsor lho," kata Eka Santosa menirukan ucapan Susi Pudjiastuti saat itu.
Ternyata apa yang diucapkan oleh Susi Pudjiastuti benar-benar terjadi.
"Ternyata benar. Belum sampai dua minggu memang terjadi longsor di sana," kata Eka Santosa.
Bukan hanya itu saja, ucapan kedua Susi Pudjiastuti yang diingatnya adalah soal akan adanya helikopter yang akan hinggap di rumahnya.
Hal itu diucapkan oleh Susi saat masih remaja, yaitu sekitar tahun 1982.
"Hal itu sekarang sudah jadi kenyataan. Selain helikopter, dia juga punya pesawat," kata Eka Santosa.
Kendati demikian, apa yang diucapkan oleh Susi Pudjiastuti tersebut sejatinya hal yang rasional.
"Dia bisa melihat apa yang tak bisa dilihat orang biasa, tapi ya rasional juga, karena gunung itu sudah gundul. Hanya saja, kita tidak tahu kapan bencananya akan datang," ucap Eka Santosa.
Eka Santosa menilai Susi Pudjiastuti memiliki kemampuan intelektual, tapi tidak meninggalkan sisi budaya Jawa.
"Dia tidak percaya mistik, tapi dianggunakan untuk menguatkan pendapatnya," ujar Eka Santosa.
Sementara itu, sosok mantan menteri yang dikenal nyentrik itu kembali ke kampung halaman di Pangandaran, Sabtu (26/10/2019).
Kedatangan Susi Pudjiastuti di kampung halaman pun disambut ribuan masyarakat.
Sebagaimana diketahui, jabatan Susi kini telah diemban oleh Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Edhy Prabowo yang resmi dilantik pada Rabu (23/10/2019) di Istana Merdeka.
Setelah dirinya bebas dari tugas, Susi rupanya memilih untuk kembali ke tanah kelahirannya.
Melansir dari Kompas.com, Susi tiba dengan pesawat Susi Air nomor penerbangan PK-BVP di landasan pacu Pamugaran, Kabupaten Pangandaran, Sabtu (26/10/2019).
Ketika turun dari pesawat, Susi langsung diserbu warga Pangandaran. Dia pun menyalami masyarakat.
Saat bertemu warga, Susi menyampaikan rasa syukur karena pekerjaannya sebagai menteri telah selesai dijalankan.
"Alhamdulillah, kerjaan saya purna," kata dia.
Setelah itu, Susi bergegas menuju mobil untuk pulang ke rumahnya di Jalan Merdeka, Desa Pananjung, Kecamatan Pangandaran.
Susi sempat menjawab sejumlah pertanyaan dari wartawan. Salah satunya mengenai kepedulian Susi dengan laut.
Susi mengatakan, ia akan tetap peduli dengan laut meski bukan lagi sebagai menteri KKP.
"Saya orang laut, harus peduli laut," ujar dia.
Susi mengaku senang kembali ke Pangandaran. Dia pun senang atas sambutan luar biasa dari masyarakat Pangandaran. (*)
Source | : | Kompas.com,Tribun Jatim |
Penulis | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Editor | : | Veronica Sri Wahyu Wardiningsih |
Komentar