“Saya sempat diusir karena hasil tanaman saya banyak. Ibu menjual hasil pertanian di pasar, saya dikeluh orang sekitar minta pemilik lahan usir. Zaman dulu banyak yang masih kebun berpindah-pindah, saya sendiri yang bertani tetap,” ujar Suhendri.
Setelah lunas ia kembali mencicil lahan seluas satu hektar terpisah, namun lokasinya berdekatan. Dua lahannya itu Suhendri jadikan hutan.
Berkat usahanya, Suhendri mendapat penghargaannya dari berbagai pihak. Hutannya yang terletak di tengah kota kerap dijadikan tempat penelitian mahasiswa.
Bahkan hutan milik Suhendri pernah menjadi lokasi penelitian skripsi asal Jepang.
Kini, bersama istrinya Junarsa (80), Suhendri bermukim di tepi hutan miliknya, menjaga hutan yang telah ia pagari menggunakan kayu.
“Saya tidak jual. Saya harap ada orang yang bisa melanjutkan merawat hutan ini meski pun bukan keluarga saya,” harap Suhendri.
"Saya menyiapkan oksigen bagi masyarakat di kota ini," ujar Suhendri menambahkan. (*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Maria Andriana Oky |
Editor | : | Maria Andriana Oky |
Komentar