GridPop.ID - Indonesia didapuk menjadi salah satu negara dengan julukan "paru-paru dunia".
Namun, beberapa waktu belakangan ini terjadi banyak kasus kebakaran hutan yang terjadi Tanah Air.
Diberitakan Kompas.com, beberapa kasus kebakaran yang jadi perbincangan yakni kebakaran hutan yang terjadi di Riau, Pegunungan Ijen, Jambi dan Kalimantan.
Tak sedikit orang yang menjadi korban dari kasus kebakaran hutan dan lahan ini.
Seolah berbanding terbalik dengan cerita kasus kebakaran hutan dan lahan, ada seorang kakek di Kalimantan Timur ini sukses mencuri pencuri perhatian publik.
Bukan karena usia atau apapun, kakek 78 tahun ini viral di media sosial lantaran kisahnya yang menginspirasi.
Adalah kakek Suhendri yang kini namanya ramai diperbincangkan di media sosial.
Merujuk artikel terbitan Kompas.com, Kakek Suhendri dikenal sebagai sosok yang sangat berjasa bagi Kabupaten Kutai Kertanegara.
Berkat kerja keras pria 78 tahun itu, Kabupaten Kutai Kertanegara (Kukar), Kalimantan Timur, masih bisa menghirup udara segar.
Kakek Suhendri sudah menanam pohon yang kini menjadi hutan di tengah Kota Tenggarong, ibu kota Kabupaten Kukar.
Diakui Suhenderi ia pernah ditawari Rp 10 miliar oleh seorag pembeli agar mau menjual tanah 1,5 hektar itu, namun ditolaknya.
Komitmen itu tetap ia pegang hingga saat ini, mesik banyak investor yang ingin membli lahan seluas 1,5 hektar miliknya untuk dijadikan perumahan.
“Banyak yang datang mau beli, tapi saya tidak mau. Apalagi mau bikin perumahan, saya tidak mau, lingkungan rusak," ungkap Suhendri seperti yang dikutip dari Kompas.com.
Lahan seluas 1,5 hektar itu dibelinya dengan harga Rp 100 ribu tahun 1979 untuk bertani dengan konsep agroforestri, menggabungkan pepohonan dengan tanaman pertanian.
Awalnya lahannya ia tanami dengan komiditas pertanian seperti lombok, sayuran juga buah-buahn. Di tahun 1986 ia mulai menanam (pohon) kayu setelah mendapat bibit dari Bogor, Jawa Barat.
Ada 1.000 bibit kayu damar, meranti, kapur, pinus, kayuputih, ulin, dan sengon. Kini hutan ini memberi udara segar bagi warga Kota Tenggarong.
Saat itu ia ikut membangun asrama milik perusahaan kayu. Saat itu juga sedang marak-maraknya bisnis kayu. Dia menyaksikan kayu ditebang, berhektar-hektar hutan gundul tanpa sisa.
"Dari situ muncul motivasi. Saya akan merawat hutan. Saya kemudian beralih jadi petani tapi garap lahan orang lain," ujar dia.
Saat bertani, ia pernah diusir pemilik lahan karena kesuksesannya membangun pertanian, hingga akhirnya ia embeli lahan sendiri dengan cara menyicil hingga lunas.
“Saya sempat diusir karena hasil tanaman saya banyak. Ibu menjual hasil pertanian di pasar, saya dikeluh orang sekitar minta pemilik lahan usir. Zaman dulu banyak yang masih kebun berpindah-pindah, saya sendiri yang bertani tetap,” ujar Suhendri.
Setelah lunas ia kembali mencicil lahan seluas satu hektar terpisah, namun lokasinya berdekatan. Dua lahannya itu Suhendri jadikan hutan.
Berkat usahanya, Suhendri mendapat penghargaannya dari berbagai pihak. Hutannya yang terletak di tengah kota kerap dijadikan tempat penelitian mahasiswa.
Bahkan hutan milik Suhendri pernah menjadi lokasi penelitian skripsi asal Jepang.
Kini, bersama istrinya Junarsa (80), Suhendri bermukim di tepi hutan miliknya, menjaga hutan yang telah ia pagari menggunakan kayu.
“Saya tidak jual. Saya harap ada orang yang bisa melanjutkan merawat hutan ini meski pun bukan keluarga saya,” harap Suhendri.
"Saya menyiapkan oksigen bagi masyarakat di kota ini," ujar Suhendri menambahkan. (*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Maria Andriana Oky |
Editor | : | Maria Andriana Oky |
Komentar